Kenyataan inilah yang mendorong perubahan prilaku pada remaja dan pemuda disebabkan informasi yang disampaikan terkadang keluar dari konteks dunia anak-anak dan remaja maupun pemuda tanggung yang cenderung sedang mencari jati diri.
Meski masih banyak media-media yang membuat seorang remaja kehilangan karakter akan tetapi pada hakekatnya semua kembali kepada keluarga, sosial masyarakat dan media massa yang seharusnya dapat memberikan batasan dan pencerahan tentang bagaimana menjaga agar karakter positif pada anak tidak hancur karena lingkungan yang tidak sejalah dengan kehidupan mereka. Ada baiknya, lingkungan keluarga lebih dahulu menanamkan akhlak yang baik dan mental yang jujur karena metode ini akan berimpikasi pada perkembangan prilaku anak dalam kehidupan mereka. Selain itu, kehidupan sosial yang berbeda hendaknya dipahami sebagai bentuk kewajaran dalam kehidupan manusia bahwa jika ada kemiskinan pasti ada kekayaan karena sebenarnya mereka harus saling berbagi dan mengerti sehingga tercipta keharmonisan hubungan di antara mereka. Kata-kata terakhir dari tulisan ini jadikanlah Wahyu Tuhan sebagai pedoman dalam beragama sebagaimana umat muslim semestinya mempedomani Al-Qur'an dan Hadits dalam kehidupan sehari-hari sehingga kehidupan remaja dan pemuda berjalan sesuai dengan roll yang ditetapkan oleh Tuhan. Penulis : M. Ali Amiruddin, S.AgPendidik di SLB Negeri Metro  Artikel sebelumnya {^} Artikel selanjutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H