terkungkung dalam dekapan ragawi nan mulai layu
terseok-seok, meronta-ronta, menangis, berteriak penuh harap
memuji sang dewi malam yang ternyata rela menemaniku
meski tak pernah ku lambaikan rayuku padanya
Lembutnya angin malam
menggantikan selimut sutra bidadari
jauh dari gapaian tangan dan dekapan asaku
hanya melayang-layang di atas ubun-ubun
yang semakin lama membuatku takut
takut dia semakin dekati hatiku dan ragaku
takut tak mampu abaikan cintanya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!