Pertanyaan yang sampai saat ini belum terjawab adalah kenapa ketika beras langka pun harga hasil panen mereka selalu saja murah? Sedangkan biaya-biaya modal seperti pupuk, obat-obatan dan biaya pengolahan juga tidak lagi murah? Ditambah lagi hama tikus yang selalu merusak hamparan padi mereka.
Sebuah ironi, tatkala para petani menghendaki harga mereka dapat menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan yang tinggi, ternyata juga sulit menemui kata keberuntungan jika dihitung dari besarnya modal yang harus mereka keluarkan.
Ketika mereka menjual gabah-gabah mereka seperti tak berharga, tapi tatkala ingin membeli di saat paceklik harga di tingkat tengkulak sudah tak terbendung lagi.
Kondisi ini memang menjadi gambaran bahwa hakekatnya kerja keras petani tak sebanding dengan hasil yang mereka dapatkan. Dan tak sebanding pula tatkala harga pembelian beras tatkala musim paceklik tiba. Ketika mereka harus menabung gabah-gabah mereka untuk tiga bulan menanti masa panen kembali, hasil panen mereka sudah habis terjual demi mengembalikan modal "ngutang" yang mereka lakukan karena semakin mahalnya harga pupuk dan obat-obatan.
Salam
[caption id="" align="aligncenter" width="428" caption="Gambar: Panen Padi Petani Metro, doc. pribadi"]
![13958261302005976075](https://assets.kompasiana.com/statics/files/2014/03/13958261302005976075.jpg?t=o&v=555)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI