Sikap instant ini sejatinya sudah berlangsung bertahun-tahun lama dan berkali-kali masa pemilihan umum. Mereka menganggap dengan sesuatu yang instant maka otomatis suara akan digenggam. Padahal belum tentu. Apalagi saat ini caleg model money politik tidak hanya satu dua orang tapi berpuluh-puluh caleg yang melakukan kompetisi dengan cara yang curang ini.
Jika mereka hendak mendulang suara, tentu saja sebelum mencalonkan diri mereka harus dikenal dahulu oleh calon pemilihnya, mengkaryakan diri pada masyarakat dan melakukan kerja sosial produktif yang dampaknya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Karena menurut si tukang becak, sampai saat inipun baru mengenal ketika mereka memberikan uang sogokan tersebut. Maka wajar saja, setelah uang itu diserahkan, esoknya para calon pemilih pun lupa siapa namanya. Jangankan namanya, wajahnya pun tak ingat lagi.
Bahkan jika ingin mengeluarkan uang, sepatutnya bukan dengan membeli suara, tapi berbagi sedekah dan berbagi zakatlah kepada masyarakat di lingkungannya. Karena sedekah dan zakat memang disyariatkan oleh agama. Maka ketika calon wakil rakyat ini sudah rutin menyumbang dan berzakat, maka bukan tidak mungkin belum mencalonkan diripun suara mereka sudah berada di tangan. Simpati atas kinerja nyata dan kebaikan budi yang ditorehkan para calon wakil rakyat ini.
Menjadi sosok yang ikut membangun ekonomi masyarakat di wilayahnya. Misalnya membentuk koperasi simpan pinjam dengan modal dari calon yang ingin maju. Maka seiring berjalannya waktu, nama sosok tersebut akan semakin dikenal. Mereka membantu atau membentuk koperasi yang tentu saja tidak merugikan dirinya sendiri. Akan tetapi justru saling menguntungkan.
Sayang sekali, sampai mendekati pemilihan umumpun para calon wakil rakyat tidak menujukkan kredibilitas, kapabilitas dan kepeduliannya sebagai sosok calon wakil rakyat. Makanya wajar, masyarakat hanya bingung tatkala mereka mendapatkan uang haram dari para caleg ini. Mereka mendapatkan uangnya tapi mereka sama sekali tidak tertarik pada sosok yang memberi.
Jika uang yang sudah disebarkankan ternyata tidak juga mendapatkan respon dari masyarakat, maka bukan tidak mungkin akan muncul calon wakil rakyat yang gagal yang harus masuk ke rumah sakit karena shock dan stress.
Sudah deh kalau begitu, makanya mending pilihlah yang tidak memberikan "uang haram" karena bagaimanapun juga para caleg ini tidak akan berusaha mengembalikan modal mereka dan tidak hanya berfikir untuk diri sendiri bagaimana mendapatkan untung dari proyek-proyek pemerintah. Hehe
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H