Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Tukang Becak Mendapatkan 1 Juta dari Caleg

8 April 2014   04:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:56 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap instant ini sejatinya sudah berlangsung bertahun-tahun lama dan berkali-kali masa pemilihan umum. Mereka menganggap dengan sesuatu yang instant maka otomatis suara akan digenggam. Padahal belum tentu. Apalagi saat ini caleg model money politik tidak hanya satu dua orang tapi berpuluh-puluh caleg yang melakukan kompetisi dengan cara yang curang ini.

Jika mereka hendak mendulang suara, tentu saja sebelum mencalonkan diri mereka harus dikenal dahulu oleh calon pemilihnya, mengkaryakan diri pada masyarakat dan melakukan kerja sosial produktif yang dampaknya secara langsung dapat dirasakan oleh masyarakat. Karena menurut si tukang becak, sampai saat inipun baru mengenal ketika mereka memberikan uang sogokan tersebut. Maka wajar saja, setelah uang itu diserahkan, esoknya para calon pemilih pun lupa siapa namanya. Jangankan namanya, wajahnya pun tak ingat lagi.

Bahkan jika ingin mengeluarkan uang, sepatutnya bukan dengan membeli suara, tapi berbagi sedekah dan berbagi zakatlah kepada masyarakat di lingkungannya. Karena sedekah dan zakat memang disyariatkan oleh agama. Maka ketika calon wakil rakyat ini sudah rutin menyumbang dan berzakat, maka bukan tidak mungkin belum mencalonkan diripun suara mereka sudah berada di tangan. Simpati atas kinerja nyata dan kebaikan budi yang ditorehkan para calon wakil rakyat ini.

Menjadi sosok yang ikut membangun ekonomi masyarakat di wilayahnya. Misalnya membentuk koperasi simpan pinjam dengan modal dari calon yang ingin maju. Maka seiring berjalannya waktu, nama sosok tersebut akan semakin dikenal. Mereka membantu atau membentuk koperasi yang tentu saja tidak merugikan dirinya sendiri. Akan tetapi justru saling menguntungkan.

Sayang sekali, sampai mendekati pemilihan umumpun para calon wakil rakyat tidak menujukkan kredibilitas, kapabilitas  dan kepeduliannya sebagai sosok calon wakil rakyat. Makanya wajar, masyarakat hanya bingung tatkala mereka mendapatkan uang haram dari para caleg ini. Mereka mendapatkan uangnya tapi mereka sama sekali tidak tertarik pada sosok yang memberi.

Jika uang yang sudah disebarkankan ternyata tidak juga mendapatkan respon dari masyarakat, maka bukan tidak mungkin akan muncul calon wakil rakyat yang gagal yang harus masuk ke rumah sakit karena shock dan stress.

Sudah deh kalau begitu, makanya mending pilihlah yang tidak memberikan "uang haram" karena bagaimanapun juga para caleg ini tidak akan berusaha mengembalikan modal mereka dan tidak hanya berfikir untuk diri sendiri bagaimana mendapatkan untung dari proyek-proyek pemerintah. Hehe

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun