Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ujian Nasional Sebagai Bagian Pemerataan Pendidikan

13 April 2014   14:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:44 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ujian nasional dengan segala pernak-pernik reaksi beragam menunjukkan bahwa sampai saat ini masyarakat Indonesia tidak memahami manfaat ujian nasional. Dengan kata lain selama ini kita tidak sadar bahwa kita bersekolah itu untuk mengenyam pendidikan dan memperoleh ilmu pengetahuan yang bermanfaat. Bahkan masyarakat sendiri seakan-akan tidak menyadari bahwa mereka mereka bisa menjadi orang suksespun karena diuji karena dievaluasi sejauh mana materi sudah terserap.

Para penolak ujian nasional tidak menyadari bahwa mereka sukses menjadi seorang intelek atau pejabat pun berawal dari sekolah dan pernah diuji. Bukannya mendukung ujian nasional tapi justru merendahkan program pemerintah ini dengan teori-teori pembodohan yang menunjukkan dirinya sangat-sangat bodoh. Mereka mengeneralisasi bahwa gara-gara ujian anak-anak jadi stresspadahal faktanya bukan karena ujian anak-anak menjadi stress. Tapi awal stress anak karena tidak siap mengikuti ujian.

Kenapa mereka tidak siap? karena selama mengenyam pendidikan mereka sama sekali tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan untuk ujian nasional. Soal-soal ujian nasional seringkali tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan di sekolah. Bahkan adapula mereka tidak siap karena sekolah sama sekali tidak mengikuti aturan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Seakan-akan lembaga pendidikan sebagai ajang menjadi penghasilan dan uang proyek tapi kering dari isi dan prestasi.

Mereka berlomba-lomba membuat lembaga pendidikan, tapi di dalamnya tidak menjadi sarana mendidik sesuai dengan apa yang akan diujikan bagi mereka. Dampaknya mereka belajar pun seringkali malas-malasan ditambah lagi para guru yang tidak kompeten serta sarana dan prasarana belajar yang tidak berstandar. Wajar saja semua itu menjadi awal gagalnya anak menempuh ujian. Padahal sepatutnya soal-soal dalam ujian nasional sudah sesuai dengan kurikulum yang diajarkan di sekolah. Nah, jika ternyata siswa gagap melihat soal ujian nasional berarti ada yang salah dari keduanya. Apakah sekolah tersebut tidak bermutu atau soal ujian nasional yang kelewat susah yang tidak mampu diselesaikan oleh siswa?

Jika benar sekolah tersebut tidak bermutu dengan mengesampingkan proses pendidikannya di sekolah maka sepatutnya sekolahpun dievaluasi bagaimana kinerja personil sekolah apakah sudah sesuai dengan standar nasional atau tidak. Jika persoalannya karena perangkat pendidikan dan sarana prasarana yang tidak bermutu maka tanggung jawab pemerintah untuk mencukupi kebutuhan sekolah, tanpa terkecuali.'

Namun jika persoalannya karena soal ujian yang tidak sesuai dengan materi yang diajarkan berarti BSNP yang mesti diinvestigasi jangan-jangan mereka hanya mengcopy soal-soal standar negara lain tanpa melihat kondisi faktual pendidikan di Indonesia. Sebuah ironi jika BSNP yang bertanggung jawab menyusun kurikulum dan perangkat ujian nasional mesti salah dalam memberikan soal ujian. Soal-soal dianggap terlalu tinggi dan para siswa sama sekali tidak pernah mengenal format soal. Dampaknya ada seorang yang berprestasi ternyata nilainya malah jeblog. Wajar karena soal-soal yang diujikan tidak sesuai dengan kurikulum.

Kualitas Pendidikan ditunjang Kelengkapan Sarana Prasarana Pendidikan

Jika menelaah betapa saat ini sebuah kejadian dianggap sebagai representasi dari dampak adanya ujian nasional, maka sepatutnya kita melihat kondisi riil bangsa Indonesia. Kita seringkali menyalahkan ujian nasional tapi kita sendiri tidak pernah menilai bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia. Bagaimana sebuah lembaga pendidikan dan kelengkapan sarana dan prasarana di dalamnya. Serta bagaimana peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anaknya.

Karena bagaimanapun ujian nasional tak perlu menjadi momok apabila para siswa sudah mendapatkan materi sesuai dengan kebutuhan mereka, mereka merasakan pendidikan sebagai sarana belajar yang tidak menyesakkan, mereka bebas berekspresi ditunjang komunikasi yang baik antara para guru dan siswa-siswanya. Nah, jika ternyata sarana prasarana sudah mencukupi, guru-guru sudah profesional, kurikulum sudah sesuai dengan yang hendak diujikan, serta komunikasi yang baik antara guru, siswa dan orang tua juga sudah baik. Maka tak perlu lagi mempermasalahkan ujian nasional.

Ujian nasional hakekatnya satu dari beberapa komponen keberhasilan sebuah studi, karena dengan ujian nasional semua peserta didik di seluruh penjuru Indonesia mendapatkan pendidikan yang sama tanpa perbedaan. Antara sekolah kota dan di kampung sarana dan prasarannya pun sepatutnya tidak ada perbedaan agar kualitas SDM di Indonesia tidak berbeda antara di wilayah perkotaan dan perdesaan. Dampak positifnya setiap warga negara di manapun mereka berada mereka akan mendapatkan pendidikan yang sama, kurikulum yang sama, kualitas yang sama dan kebijakan pendidikan yang sama pula tanpa membeda-bedakan antara satu wilayah dengan wilayah yang lain.

Dampak jika Ujian Nasional ditiadakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun