Kejahatan kecil karena salah asuh anak, justru akan membunuh karakter terbaik dari anak-anak kita, bahkan justru bisa menjadi benih-benih perusak yang akan mempengaruhi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Amat mengerikan.
Kesalah pahaman orang tua tatkala anak-anaknya melakukan kesalahan.
Anehnya masyarakat Indonesia ketika berhadapan dengan kenakalan anak-anak mereka. Beberapa orang tua justru hanya menyalahkan sekolah yang dianggap tidak bisa mendidik anak-anak mereka. Menyalahkan lembaga yang jam tugasnya lebih sedikit daripada tugas dari orang tua anak sendiri.
Orang tua yang semestinya menyadari bahwa keselahan anak adalah kesalahan orang tua pun masih saja ditentang. Bahkan anehnya ketika pihak sekolah memberikan hukuman yang mendidik denga tugas di sekolah, justru orang tua menganggap guru dan sekolah tidak becus dan dianggap melampaui batas. Seperti halnya ketika anak membolos, pihak guru memberikan hukuman dengan anak diperintahkan membersihkan toilet atau membersihkan lingkungan justru orang tua banyak yang protes. Dan anehnya tidak menyadari bahwa dengan memberikan hukuman pekerjaan ringan ini akan mengerti bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi yang harus mereka terima. Ada reward dan ada pula punisment. Ada hadiah bagi anak yang berprestasi dan ada hukuman bagi anak-anak yang berbuat kesalahan.
Bahkan anehnya lagi, ketika sang anak dimarahi guru, justru orang tua membela anak dengan membabibuta. Mereka tidak menyadari bahwa dengan pembelaan orang tua tersebut menjadikan anak semakin percaya diri dengan perbuatan salahnya. Mereka menganggap ada orang yang dapat membela ketika anak berbuat keliru.
Dampaknya anaknya tidak semakin baik justru semakin brutal.
Sebuah kesalahan anak sejatinya tidak perlu diberikan pembelaan dari orang tuanya. Toh, pendidikan dan hukuman yang diberikan sang guru karena ingin anak mendapatkan perlakuan yang sama dan tidak ada kesan ada anak yang istimewa di antara anak-anak lainnya.
Adapula yang justru menyakiti dan memukuli sang anak ketika mereka melakukan kesalahan. Dampaknya sang anak semakin berperangai buruk dan memiliki trauma yang berkepanjangan. Anak tidak lagi mengenal bagaimana mereka harus berbuat tapi justru melampiaskan kekesalahannya dengan melakukan kekeliruan yang berkepanjangan.
Kedua tipe orang tua di atas sejatinya menjadi potret kenakalan anak-anak sekolah menjadi parah. Orang tua yang tidak mendukung guru dan sekolah dalam menanamkan pendidikan bagi anak-anaknya justru memberikan kesempatan bagi anak menjadi semakin buruk perangainya.
Bagaimana Hukuman Yang Pantas diberikan kepada anak?
Anak-anak yang sudah kadung terlibat pada pergaulan yang menyimpang, hakekatnya pun harus dikembalikan pada kebiasaan yang mendidik mereka untuk hidup mandiri. Memberikan bimbingan batin dan perhatian yang tulis kepada anak-anak ini. Karena amat tidak mungkin ketika anak-anak diharapkan menjadi anak yang mandiri, justru orang tua dan orang-orang disekitarnya justru menghukum dengan hukuman yang tak patut. Jika orang tua tak mampu mendidik secara ekslusif, maka ada baiknya menyerahkan kepada seseorang yang pantas menjadi orang tua asuh.
Orang tua asuh yang bisa menjadi tempat mereka belajar menjadi diri sendiri, dan diberikan tugas yang tidak hanya menghukum, akan tetapi memberikan mereka pengalaman hidup bagaimana hidup mandiri. Mereka mendapatkan bekal keterampilan dan juga mendidik mereka menjadi lebih dewasa.