Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Bagi Saya Kompasianer Adalah Pembelajar, Pelatih dan Pahlawan Demokrasi

24 Mei 2014   15:48 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai saat ini saya selalu mengagumi para kompasianer. Karena kerja keras penulisnya Kompasiana benar-benar membuat perubahan masyarakat yang signifikan. Saya rasa semua pembaca kompasianer akan berpendapat yang sama. Bahwa kompasiana berisi penulis-penulis hebat dengan segudang manfaat untuk umat.

Perubahan pola pikir yang biasanya tabu (kolot) seiring dengan aktifitas menulis, membaca dan berdiskusi di medsos ini, kompasianer pun secara perlahan membentuk dirinya sendiri menjadi sosok yang dewasa menurut saya. Semoga saja pemahaman saya tak salah dalam hal ini.

Interaksi yang lintas sektoral, lintas latar belakang pendidikan dan suku, justru menjadikan kompasiana semakin berkembang dan terus bertumbuh seperti halnya bayi yang tumbuh menjadi manusia dewasa meski penuh dengan onak dan duri. Perkembangan yang tak datang tiba-tiba, namun melalui proses yang  panjang dan membutuhkan kematangan diri dalam bersikap dari para kompasianer.

Para kompasianer secara perlahan pun telah membuka cakrawala masyarakat indonesia, dan cakrawala para pemimpin negeri ini bagaimana mereka seharusnya bertindak. Karena dengan tulisan bertutur secara tidak langsung ikut menjadi khasanah berpikir yang tak pernah berhenti meski seringkali berseberangan dengan kondisi kekinian. Tapi itulah dinamikan pergerakan yang tak disengaja mengajarkan semua orang untuk bergerak dinamis dan ikut menjadi bagian bangsa yang berdemokrasi.

Kehebatan kompasianer tidak dapat dianggap sebelah mata, tentu karena mereka berasal dari kalangan akademisi, pebisnis, politisi, serta warga biasa dengan latar belakang dan kedalaman ilmu yang berbeda. Karena perbedaan latar belakang inilah di antara mereka justru menjadi promotor dinamisasi masyarakat Indonesia, minimal masyarakat lingkungannya.

Saya teringat pesan-pesan kebaikan bahwa padi itu akan berubah menjadi beras yang putihdan mengkilat bukan karena mesin gilingnya, tapi karena ada gesekan antara padi. Dan seperti kompasianer pula, mereka akan menjadi sosok yang semakin cemerlang jika terjadi gesekan-gesekan yang dinamis dan terarah. Sehingga lambat laun kemampuan berpikir penulis menjadi semakin matang dan tajam. Apalagi ketika berhadapan pada persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat.

Bermunculannya penulis-penulis dermawan, mereka menuangkan apa saja yang dapat diambil manfaatnya untuk orang lain dan dibagikan kepada sesama tanpa pamrih dan tanpa meminta balas budi. Hanya keinginan spontan yang menyeruak dari kedalaman hatinurani yang dalam. Ingin membagi apa yang dimiliki tanpa mengharapkan balasan apapun. Murni digerakkan oleh energi positif karena rasa cintanya kepada bangsa dan negaranya. Media sosial yang melahirkan generasi-generasi pembelajar, pelatih, pendidik bagi masyarakat lainnya tanpa memandang latar belakang dari mana mereka berasal.

Dan lebih dari itu, setiap detik dan setiap jam tak henti-hentinya tulisan mengalir tanpa diatur atau di kontrol, semua murni terpublish tanpa bayaran dan pujian. Sekali lagi ucapan salut saya sampaikan kepada para penulis kompasiana. Karena tulisan-tulisan Anda sungguh sangat menginspirasi dan bermanfaat kepada pembacanya secara khusus dan bangsa Indonesia pada umumnya.

Tak perlu jauh-jauh kita mencari siapakah sosok pahlawan muda di negeri ini. Karena saat ini lahir dari Kompasiana. Mereka datang ada yang semula minim pengalaman dan pengetahuan, karena semakin intensnya belajar dan terus belajar dibarengi semangat membaca referensi, para penulisnya semakin terasah dan semakin patut untuk diapresiasi.

Pejuang demokrasi gratisan yang tak meminta bayaran atau upah atas dipublishkannya tulisan-tulisan yang penuh inspirasi dan bermanfaat. Meskipun tak sedikit dari pembaca justru membalas kebaikan penulis dengan celaan. Namun saya yaqin semakin banyak ruang untuk membuka diri dan berdiskusi dengan kepala dingin, maka para pejuang demokrasi ini akan benar-benar lahir meski mereka tak pernah mendapatkan bayaran sedikitpun.

Dan saya yaqin, apa yang mereka lakukan murni ingin berbagi dan menjalin komunikasi antar personal  dengan semangat jalinan persahabatan yang positif dan mengalir seiring perjalan waktu. Meski seiring perjalanan waktu tak sedikit pula para penulis yang harus hengkang karena kepentingan pribadi dan alasan-alasan yang bersifat personal tentunya.

Yang pasti, siapapun mereka dan dari manapun latar belakangnya, mereka benar-benar sosok pejuang yang tak dapat dianggap sebelah mata. Karena karena inspirasi dan pengetahuannya membuat banyak orang menjadi terbuka wawasan dan pola pemikiran. Masyarakat Indonesia mesti bangga, karena Kompasiana selalu ada untuk Indonesia. Mereka benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa, berjuang tanpa mengharapkan imbalan dan tentu saja mereka adalah juga sebagai generasi terbaik bangsa yang respek terhadap persoalan bangsanya.

Catatan kecil dari Wong Ndeso

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun