Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Bagaimana Jadinya Jika Wanita pun (Tak Malu) Merokok?

2 Juni 2014   03:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa jadinya jika para wanita mulai kecanduan rokok? Dan bagaimana jadinya jika para wanita ini tak malu-malu lagi merokok di tempat umum? Tentu siapa saja akan mengatakan gaya hidup model wanita tersebut sudah mengkhawatirkan. Meskipun tentu saja ada hal-hal  yang mendorong seseorang untuk merokok, tapi terlepas jenis kelamin pria atau wanita, hakekatnya merokok adalah budaya yang buruk.

Di tahun 2013 saja sebanyak 6,9 persen kalangan perokok di Indonesia adalah perokok wanita. Persentase tersebut meningkat jika dilihat tingkat prevalensinya di tahun 2007 sebanyak 5,2 persen. Sebagaimana dilansir Kompas.com

Melihat begitu tingginya peningkatan jumlah perokok bagi kalangan wanita, tentu saja akan meninggalkan berbagai dampak yang negatif bagi kehidupan perokok sendiri sebagai subyek. Namun lebih dari itu, justru orang-orang di sekitarnya yang akan menjadi korban tidak langsung, seperti suami dan anak-anak serta lingkungan sekitar yang tidak merokok justru menjadi perokok pasif. Mereka tidak menghisap rokok tapi justru mendapatkan efek negatif dari aktifitas merokok sang ibu.

Dampak yang paling parah adalah serangan kangker payudara, kangker rahim, gangguan kehamilan dan janin, kerusakan pada kulit dengan proses penuaan lebih cepat, bahkan karena aktifitas merokok para wanita akan lebih cepat mengalami menopause dari biasanya.Timbulnya kerontokan rambut dan kerusakan organ-organ reproduksi pun akan sangat mungkin terjadi pada kaum hawa.

Dampak itupun dirasakan selama masa hidupnya. Tidak hanya perokok kawakan, perokok baru pun mengalami kemungkinan serangan penyakit ganas tersebut. Bahkan menurut medis, dan banyak pula disampaikan melalui poster-poster maupun  pamflet beberapa indikator yang akan muncul akibat dari merokok seperti kangker paru-paru, jantung, strok, lever, dan lain-lain yang akan dialami para perokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.

Karena saat ini saja tingkat konsumsi rokok di Indonesia sudah cukup tinggi. Tidak hanya kalangan orang dewasa, kalangan remaja bahkan anak-anak sudah banyak yang menyentuh barang berbahaya bagi kesehatan ini. Terang saja dampaknya tidak hanya terkait kesehatan perokok maupun korban dari asap rokok, karena dampak ekonomi secara berkepanjangan pun akan dialami oleh para perokok wanita.

Bagaimana tidak, tatkala para pria mulai mengurangi bahkan menghentikan aktifitas merokok karena pertimbangan kesehatan dan ekonomi keluarganya, justru para wanita menjadi konsumen rokok yang justru menjadi sumber bencana bagi anak-anaknya. Terlebih-lebih ketika kaum hawa ini dalam kondisi mengandung, dampaknya anak yang ada dalam kandungan mendapatkan imbas dari racun dalam rokok tersebut. Bahkan menurut penelitian ibu-ibu yang merokok kemungkinan besar anaknya akan mengalami cacat, baik secara fisik, psikis maupun intelegensi. Sebagaimana saat ini begitu banyaknya anak-anak yang terlahir dalam kondisi cacat di antaranya disebabkan karena aktifitas merokok dari anggota keluarganya. Terutama para ibu yang langsung berhubungan dengan anak yang dikandungnya.

Membatasi Peredaran Rokok hanya tempat-tempat tertentu dan tidak dijual bebas

Untuk membatasi pembelian rokok, seperti halnya pemerintah mencegah peredaran minuman keras, pun harus dilakukan. Minimal dengan cara ini hanya kalangan tertentu dan di tempat tertentu pula masyarakat pecandu rokok dapat menikmati barang ini. Tidak dijual seperti sekarang, baik di pasar modern maupun pedagang asongan sepertinya rokok sangat mudah ditemukan.

Dampaknya tidak hanya perokok lawas (pecandu) yang dapat membeli rokok, karena anak-anak remaja dan anak-anak SD pun bisa membelinya dengan cara yang mudah. Tak takut mendapatkan razia apalagi mendapatkan hukuman.

Membatasi peredaran rokok hanya di tempat-tempat tertentu serta menyediakan tempat merokok khusus bagi perokok lawas, pun akan mengurangi konsumsi rokok. Selain itu siapa saja yang boleh membeli rokok akan mudah dikontrol. Karena secara otomatis anak-anak maupun perokok baru akan kesulitan mendapatkannya. Ditambah lagi jika pemerintah membuat regulasi dengan memberikan denda atau hukuman bagi penjual atau pedagang rokok yang menjualnya kepada anak sekolah. Tentu saja dengan hukuman dan denda tersebut para penjual tidak lagi bebas melakukan transaksi jual beli rokok secara sembarangan.

Menutup Perusahaan Rokok dan Menutup Keran Peredaran Rokok Adalah Solusi Akhir

Sebenarnya sampai saat ini kebijakan mengenai rokok baik produksi dan peredarannya sudah sangat ketat. Bahkan ada pula perusahaan rokok yang harus bangkrut karena persaingan perusahaan rokok dalam negeri maupun rokok produk impor. Tapi sayangnya kebijakan tersebut hanya sebagai upaya untuk  menaikkan harga jual rokok semata. Padahal meskipun harga rokok setinggi langitpun jika masyarakat sudah kecanduan rokok  tetap saja akan dibeli tanpa memperhitungkan tingginya harga rokok tersebut.

Kebijakan pemerintah yang masih sulit menutup perusahaan rokok dengan alasan tingginya pajak yang didapat dari perusahaan tersebut serta beberapa bantuan beasiswa dan sosial yang diberikan produsen rokok hakekatnya tidak akan menyelesaikan persoalan krusial ini. Karena meskipun sumbangih perusahaan rokok tersebut sudah sangat besar, tapi melihat gejala mengerikan terkait tingginya aktifitas merokok khususnya kalangan wanita, hakekatnya pemerintah sudah membiarkan rakyatnya menikmati produk berbahaya ini. Sehingga akan sia-sia saja himbauan menghentikan kebiasaan merokok selalu dilakukan lewat beberapa media, toh jika iklan rokok serta produksi rokok masih tinggi maka akansia-sia saja.

Melihat tingginya konsumsi rokok para wanita, sepertinya pemerintah harus benar-benar membuat kebijakan yang tegas yakni menutup perusahaan rokok dan melarang semua produsen rokok asing memasarkan ke dalam negeri.

Jika pemerintah tetap saja berdiam diri, bukan tidak mungkin satu tahun atau sepuluh tahun lagi para wanita akan lebih banyak menikmati rokok dengan alasan mudahnya mencari rokok dengan segala merek. Dan pemerintahpun harus bersiap-siap jika generasi mendatang akan terlahir anak-anak cacat akibat konsumsi rokok dikalangan wanita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun