Saya menduga, perusahaan tersebut menolak dinasionalisasi tentu para pengusaha memiliki perspektif berbeda, salah satunya lemahnya posisi pemilik perusahaan terhadap aset-aset mereka. Namun demikian, Prabowo menandaskan bahwa perusahaan yang hendak dinasionalisasi atau di kelola oleh negara adalah perusahaan manufaktur yang mampu menyerap tenaga kerja dari negeri sendiri.
Terkait sikap Prabowo atas kebocoran anggaran negara, tentu saja Prabowo menginginkan segala bentuk transaksi yang dirasa merugikan negara sedikit banyak hendak dipangkas dengan mekanisme yang lebih ketat. Meskipun ungkapan Prabowo ini justru dianggap menjadi blunder bagi Prabowo-Hata sendiri karena capresnya pun mantan Menteri Koordinator Perekonomian yang tahu betul teknis penyelenggaraan dan pengelolaan uang negara. Sehingga sangat besar kemungkinan justru Hatta Rajasa mengerti betul mengapa uang negara bisa hilang dan tak jelas kemana arahnya.
Tokoh Muhammadiyah Mendukung Jokowi, Blunderkah bagi Prabowo?
Terlepas dari penilaian subyektif saya terhadap Prabowo dan Jokowi di atas, sepertinya Jokowi mendapatkan angin segar tatkala mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh Muhammadiyah. Tentu saja bentuk dukungan tersebut paling tidak akan mengurangi suara Prabowo-Hatta dari Muhammadiyah. Meskipun secara umum pemuda Muhammadiyah membela Jokowi.Akan tetapi, yang pasti masyarakat dalam hal ini pengikut organisasi ini lebih bebas dalam menentukan pilihannya. Tidak dipaksa untuk memilih salah satu capres. Namun, dengan kata-kata tokoh Muhammadiyah tersebut paling tidak membuat Hatta Rajasa menjadi gerah, seandainya tokoh-tokoh tersebut mendukung Jokowi-Jk maka suara Jokowi akan semakin melesat tajam.
Begitu juga suara NU yang saat ini tidak pula dapat diprediksi, karena bagaimanapun juga NU bukan PKB dan PKB bukanlah NU. Karena PKB hanya satu bagian saja partai politik yang didirikan oleh masyarakat NU. Sedangkan sebagaimana keputusan Majelis Syuro NU, organisasi ini konsisten akan bersikap netral dan tidak memihak pada siapapun. Terlepas ada beberapa kiyai yang "katanya" mendukung Prabowo atau Jokowi yang pasti suara Kiyai tersebut tidak mewakili suara NU secara organisasi.
Dan sampai saat ini, NU tetaplah sesuai dengan khittahnya sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan. Sehingga sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakat, tak pantas jika NU dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Atau tokoh-tokoh partai justru memanfaatkan NU sebagai alat untuk memenangkan pergulatan politik.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H