Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menggunakan Media Audio Visual, Solusi Mudah Belajar Anak

5 Juli 2014   17:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:22 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_346393" align="aligncenter" width="683" caption="Gambar : Tampilan Awal Modul Audio Visual Mata Pelajaran IPA kls V /doc. pribadi"][/caption]

Beberapa waktu lalu, tepatnya ketika saya masih membimbing seorang anak Autis di sekolah kami. Kebetulan, kami membimbing di luar jam sekolah, yakni siang hari sebagai bagian ekstrakurikuler namun dilaksanakan dengan cara yang efektif.

Mengajarkan anak autis memang sering menemukan kendala, untung anak yang saya bimbing ini sedikit banyak sudah selayaknya anak-anak pada umumnya. Walaupun dari segi aktifitas seringkali keluar dari kewajaran. Misalnya ketika masih asyik-asyiknya saya bimbing dengan membahas beberapa soal tes, ternyata anak ini tiba-tiba ingin tidur dengan alasan kelelahan. Padahal waktu bimbingan baru beberapa menit saja. Tapi ya sudahlah saya izinkan untuk beristirahat. Atau kadang-kadang dia berjalan ke sana kemari tanpa jelas tujuannya. Sering ngomong sendiri meski tidak dalam situasi ngobrol dengan temannya.

Saya menduga, di malam hari  anak ini justru begadang, entah bermain game atau menonton televisi hingga larut malam. Jadi ketika di siang hari keluhnya selalu kelelahan dan rasa kantuk yang berlebih-lebihan. Dan maklumnya lagi memang di siang hari biasanya anak ini diminta beristirahat hingga menjelang senja. Tapi ya karena akan menghadapi perlombaan, kebiasaan beristirahat siang agak terganggu. Untungnya si  anak tidak mogok atau ngambek dan masih bisa terkendali. Jadi saya masih bisa meneruskan materi bimbingannya sampai anak ini benar-benar siap.

Selain membahas beberapa materi soal ujian, dan beberapa soal standar olimpiade, anak inipun saya bina agar mengenal berbagai alat peraga (media) pendidikan. Tentu saja karena anak ini memiliki kekurangan dalam orientasi, kadang terlalu lepas kendali namun kadang kala terlalu berorientasi pada satu objek. Dan itu kesulitan terberat bagi guru-guru autis.

Namun, karena tingkat autisme anak ini tergolong ringan, saya masih bisa mengajaknya lebih fokus pada materi dan media yang harus digunakan. Misalnya, hari pertama mengenal tentang fungsi jantung, maka hari beberapa hari saya mencoba untuk fokus pada media yang memperkenalkan tentang beberapa anatomi tubuh khususnya jantung. Begitu pula ketika saya harus mengajarkan tentang rangkaian listrik, maka di saat itu pula saya memfokuskan anak mengenal benda-benda yang digunakan untuk pembelajaran tentang rangkaian listrik. Dua sampai tiga kali saya contohkan alhamdulillah anak bisa mempraktikkan sendiri.

Sayang sekali, meskipun anak ini bisa lolos juara provinsi, tapi di tingkat nasional justru materi yang belum sempurna saya perkenalkan malah keluar. Ya..terpaksa si anak harus gagal dan menerima kekalahan atas siswa lain yang lebih jago. Tapi saya tetap bersyukur, karena usaha gigih dan kerja keras saya dan siswa membuahkan tropi dan mengantarkan kami bisa terbang ke Bandung sebagai kontestan mewakili tingkat propinsi.

Selain beberapa pembahasan soal dan menggunakan alat peraga, saya juga menggunakan media audio visual yang memudahkan anak mengulas kembali materi-materi yang telah saja ajarkan. Media ini memang sangat mudah dan membantu anak untuk menguasai beberapa materi pelajaran. Materi yang tercover sama dengan materi pelajaran umum, dan juga ditambah materi ketrampilan.

Karena diketahui bahwa media pembelajaran selalu menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran. Dengan media yang baik guru dapat membimbing anak secara teratur dan terfokus serta mudah untuk diterapkan kepada siswa. Sehingga secara perlahan kemampuan anak dapat dilatih menggunakann media yang disediakan oleh guru. Dampaknya materi dapat diserap dengan mudah dan menghasilkan kemampuan belajar yang optimal.

Saat ini, guru sudah sangat mudah menemukan beragam jenis media. Baik media yang dibuat sendiri oleh guru, juga media yang sudah dibuat sedemikian rupa oleh para ahli, dengan tujun agar para guru tidak menemui kendala yang berarti jika harus membuat beberapa media sedangkan para guru memiliki kelemahan dalam bidang tertentu. Misalnya media yang saya contohkan ini adalah media audio visual yang dibuat berbentuk seperti tutorial (modul) dengan judul Belajar Bersama Dika dan Dina yang diproduksi oleh PT. Globosinergy Multisarana ini. Media AV bantuan dari pemerintah pusat melalui bantuan sarana pembelajaran ke sekolah-sekolah inklusif di Indonesia.

Meskipun modul ini diperuntukan bagi anak-anak umum, namun bagi anak-anak disabilitas (misalnya anak autis) materi disesuaikan dengan kurikulum yang sudah ada. Misalnya anak autis yang saya bimbing adalah kelas VI, maka saya mengambil materi modul kelas V SD, dan seterusnya diturunkan sedikit demi menyesuaikan kebutuhan dan tingkat kemampuan anak. Yang pasti, kurikulum bagi anak-anak penyandang disabilitas tidak mutlak harus sama. Kadangkala materi diturunkan sedikit namun acapkali harus dinaikkan sedikit tergantung batas kebutuhan dan kemampuan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun