Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meminta Maaf, Sikap Florence Sihombing Cukup Ksatria

29 Agustus 2014   16:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:11 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14093285161133357488

Saya bukan hendak membela siapa yang benar dan tidak pula mencela siapa yang salah. Tidak ada kepentingan untuk pribadi saya, karena meskipun saya juga keturunan Jogya, kesantunan dan etika tetaplah nomor satu. Bahkan seandainya ada masyarakat yang datang ke daerah kami, akan kami sambut dengan ramah dan hidangan yang lezat. Semampu dan sebisa saya. Paling tidak budaya Jawa tetap akan kami pegang hingga akhir hayat meskipun kami berada di perantauan.

Jika melihat ungkapan Florence yang meminta maaf kepada masyarakat Jogjakarta, saya salut dan bangga karena bersedia mengakui kesalahannya. Padahal "secara" mahasiswa S2 biasanya selalu membalas dengan alasan-alasan subyektif dan ingin membela diri.

Banyak orang yang tidak menyadari kesalahannya dan terus saja mencari pembelaan meskipun telah keliru dan salah dalam tindakan.

Tapi Florence berbeda, ia dan keluarganya justru secara terang-terangan mengatakan bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan dan sepatutnya dimaklumi karena hanyalah manusia biasa. Dan tentu saja setelah itu harapannya sentimen SARA tak lagi terbentuk di bumi Yogyakarta lantaran kesalahan yang setiap orang bisa melakukannya. Sikap seorang mahasiswa yang sejatinya juga harus dihormati dan dihargai.

Tentu saja kedepannya tidak ada Flo-flo lagi ke dua, dan seterusnya yang akan melakukan perbuatan yang sama yang justru mencoreng nama baik pelakunya serta perguruan tinggi yang saat ini menjadi tempat menempa diri dan menggali ilmu.

Dan harapan terbesar adalah mudah-mudahan kesalahan tersebut segera dimaafkan oleh masyarakat Jogjakarta, sebagai pembuktian bahwa masyarakat Jogja selalu memegang tradisi ketimuran dan budaya yang terpuji dan patut ditiru oleh bangsa lain.

Kita adalah saudara, Jogjakarta adalah milik kita, mari kita jaga persaudaraan sejati di daerah ini, dan di daerah Indonesia secara seluruhnya. Karena hanyalah kita yang  bisa merawat indahnya persaudaraan Jogya agar selalu menjadi corong sebagai kota pendidikan dan menjadi rujukan budaya atau tradisi luhur dari negeri kita tercinta.

Salam Indonesia Raya

Metro, 29-8-2014

Baca juga artikel terkait:

http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/08/29/ramahnya-masyarakat-jogjakarta-684041.html

http://sosbud.kompasiana.com/2014/08/29/gara-gara-bbm-rakyat-stress-kesurupan-dan-kerasukan-jin-684079.html

http://sosbud.kompasiana.com/2014/08/30/ketika-pkn-tak-menyentuh-hati-anak-negeri-sebatas-teori-684152.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun