Seperti halnya ketika kita terjatuh karena kerikil kecil. Kenapa saya terpelanting dan jatuh dari motor saya? Tentu saja karena ketidak pedulian kita akan keselamatan kita sendiri. Kadang orang yang sudah berhati-hati dalam berbicara dan bertindak tutur saja masih keliru apalagi yang sengaja melakukan kekeliruan. Itulah fungsi logika dan hati untuk memilih mana yang terbaik menurut kita dan orang lain.
Manusia suka yang bebas tanpa diatur-atur
Manusia, kalau boleh dibilang semuanya, pastilah ingin kehidupan yang bebas. Segalanya tidak ingin diatur-atur dan dilarang-larang. Tak menginginkan kehidupannya dibatasi. Semua ingin dilakukannya tanpa mendapatkan pertentangan dan protes dari pihak lain. Itu riil dan semua pastilah mengalami.
Tapi apakah kita puas juga tatkala kita hanya hidup sebatangkara, tak ada orang lain yang akan menilai dan menentang prilaku kita yang buruk. Atau tidak ada orang yang memuji dan membalas kebaikan kita? Puaskah kita hidup tanpa orang lain? Mau makan, tidur, ngamuk-ngamuk, berpakaian semaunya tak ada yang melihat kita. Kita tertawa pun tak ada yang mendengarkan. Dan kita marahpun dengan siapa? Kita melakukannya sendirian. Tak ada yang melarang dan membenci prilaku buruk kita. Tidakkah ini sama halnya kita hidup dalam ketidak warasan?
Kita memaki, berbicara kotor, berpakaian apa saja yg penting semau gue, bertingkah seolah-olah tidak ada orang lain. Yang beginian hanyalah orang yang tak berlogika dan tak berhati. Padahal orang yang tak berlogika dan tak berhati hanyalah orang "sinting" yang tak waras.
Hidup ini memang bisa membahagiakan dan bisa menyengsarakan, jika kita tidak bisa memilih mana yang terbaik menurut diri sendiri dan orang lain, maka jangan salahkan alam jika menghukum kita.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H