Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ironi Hukuman Ratu Atut dan Hukuman Mati Akibat di "Massa"

3 September 2014   12:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:45 1863
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kembali betapa lemahnya hukum di negeri ini dan sudah menjadi rahasia umum bahwa hukum selalu mengadili rakyat kecil yang tak punya kuasa. Berbeda dengan kalangan birokrat dan penguasa yang jelas-jelas memiliki lobi dan cukup kuat agar hukuman diperingan.

Berbeda dengan kaum miskin yang sama sekali tak memiliki kesempatan untuk bisa mengelak meski seberapa besar hukuman yang diberikan, bahkan jika hukuman mati ala massa mereka dapatkan. Mereka pasrah dengan kerasnya hukuman yang mereka dapatkan tanpa bisa memberi alasan bahwa apa yang dilakukannya hanya persoalan perut semata. Bahkan hukuman tak hanya berlaku bagi pencurinya, keluarga pelaku seakan-akan dipermalukan di hadapan publik dan mendapatkan efek yang lama akibat perbuatan tersebut. Ia sudah kehilangan anggota keluarganya, efek dikucilkan oleh masyarakat sebagai konsekuensi hukum sosial pun acapkali mereka dapatkan.

Berbeda dengan kasus korupsi, penyuapan bahkan diduga kasus pencucian uang yang melibatkan milyaran rupiah hanya dihukum dengan beberapa tahun saja di kurung dalam ruangan yang sangat berkelas. Sedangkan penjara bagi para pencuri adalah ruangan sempit, penuh dengan kecoa dan makannya hanyalah sekedarnya.

Negeri ini memang sebuah ironi, tatkala rakyat menghendaki keadilan ternyata keadilan sebatas wacana dan koar-koar politisasi hukum di Indonesia. Padahal sampai saat ini pun kasus korupsi belum mendapatkan efek kerasnya hukuman lantaran ringannya sanksi yang diberikan.

Sampai kapankah pengadilan kita mengadili dengan seadil-adilnya? Rakyat hanya pasrah dan menanti negeri ini benar-benar mendengarkan suara-suara keadilan dari rakyat bawah.

Salam

sumber dan gambar : disini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun