Semua anak-anak disabilitas bisa diberdayakan potensinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, jika guru mampu melatih mereka menjadi tenaga-tenaga kreatif dengan kreatifitas guru dan ketersediaan sumber daya penujang. Meskipun tidak mudah, akan tetapi jika dilakoni dengan tanggung jawab dan penuh kesabaran, tidak ada yang tidak mungkin semua akan bisa terjadi.
Terlepas dari seberapa pentingnya pembelajaran learing by doing, kami para guru sekolah luar biasa (SLB) memberikan beberapa materi yang bersifat ketrampilan. Seperti halnya praktik perbengkelan, steam motor dan lain-lain. Untuk praktik perbengkelan, memang kendala yang paling sulit jika materinya yang berurusan mesin, anak-anak harus bisa mengenak komponen-komponen mesin dan mengetahui titik kerusakan pada mesin. Ini kendala paling sulit meskipun tetap bisa diberikan. Namun dari semua anak tuna grahita, ternyata hanya beberapa orang saja yang bisa membuka dan memasang kembali mesin motor.
Berbeda jika berkaitan dengan komponen-komponen luar, seperti mengganti lampu depan, sein, busi, ganti oli, tambal ban, mengganti komponen bodi pun masih bisa mereka lakukan. Akan tetapi tetap harus dilakukan secara berulang-ulang sampai anak benar-benar bisa melakukannya sendiri.
Mengembangkan keterampilan cuci steam sepeda motor
Keterampilan cuci steam motor memang saat ini sudah ngetren, karena kebutuhan pasar saat ini adalah tingkat kenaikan kepemilikan kendaraan bermotor cukup tinggi. Jadi, mau tidak mau, seyogyanya pasar bisnis tersebut harus diambil demi mendapatkan ladang usaha yang baru. Selain saat ini pemilik sepeda motor lumayan kerepotan jika harus mencuci sendiri, ditambah lagi mencuci motor pun harus dengan alat semprot yang baik dan skill sederhana dari pencuci agar hasilnya lebih kinclong. Bahkan tidak hanya mencuci, karena saat ini kebutuhan semir kendaraan juga turut meningkat.
Kebetulan, sekolah kami mendapatkan bantuan dari pemerintah beberapa alat otomotif, termasuk mesin steam motor, jadi kami tinggal memberikan pelatihan dan praktik cara menggunakan mesin serta mencuci yang baik agar hasilnya memuaskan. Selain itu standar keamanan pun tetap harus diajarkan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sesuai dengan jadwal pembelajaran, siswa kami belajar otomotif hampir setiap hari, dengan durasi 3 jam sekali pertemuan. Sehingga ada banyak waktu untuk mengenalkan sekaligus mempraktikkannya dalam kegiatan pembelajaran.
Karena pembelajaran steam motor juga termasuk bagian otomotif, maka menjadi kewajiban kami untuk membekali anak-anak didik dengan keterampilan yang sederhana ini. Harapannya mudah-mudahan keterampilan yang kurang begitu diminati orang justru menjadi ladang tempat usaha bagi mereka. Apalagi saat ini pemerintah memfasilitas masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Sehingga lambat laun, persepsi masyarakat bahwa anak-anak disabilitas kurang bisa berkembang dan mandiri, sedikit banyak akan terjawab dengan kemampuan anak-anak ini dalam mencari penghasilan sendiri tanpa membebani orang-orang di sekitarnya.
Metro, 16/9/2014
Literatur: disini
Silakan baca tulisan saya yang lain: