Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bicara Mobil, Ini Idaman Anak Saya

19 September 2014   20:19 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:13 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_360194" align="aligncenter" width="469" caption="Mobil idaman anak saya, besar, gagah dan tangguh di semua medan pantas dipakai para penjelajah semua medan (wikipedia)"][/caption]

Tiba-tiba anakku yang sulung menunjuk salah satu mobil yang tengah berhenti di lampu merah. mobilnya bagus, keren, mentereng dan sangat mewah. Bodinya gede dan tentu saja mereknya sangat asing di kalangan bawah seperti saya.

Mobil yang ditunjuk bagi kami amat mahal untuk ukuran kantong. Mungkin harganya di atas 300 jutaan. Anak saya berkata "Pak, kapan ya kita bisa kebeli mobil kayak gitu? Saya hanya bisa bilang, Dah, sabar dulu, pasti nanti kita bisa beli mobil itu. "Kata saya dalam hati sedikit menghibur" Meskipun amat mustahil bisa kebeli kendaraan mahal sedangkan penghasilan seorang PNS amatlah minim. Jangankan membeli kendaraan mewah, membeli rumah yang amat layak saja harus kredit atau menghutang di bank dengan rentang bertahun-tahun harus mengangsur dan potong gaji. Tapi sebagai orang tua tak boleh menjatuhkan mimpi sang anak. Karena kehidupan serba mungkin. Yang pasti jalani hidup apa adanya, tetap teguh dan berkomitmen untuk tidak mengambil yang bukan haknya, apalagi korupsi. Amit-amit mudah-mudahan dijauhkan dari perbuatan keji ini.

[caption id="attachment_360195" align="aligncenter" width="367" caption="Mobil idaman saya Innova merah modifikasi yang elegan (kaskus.es)"]

14111354071587739152
14111354071587739152
[/caption]

*****

Hari gini, di saat bangsa ini tengah terhimpit masalah ekonomi, kayaknya berbicara mobil belum sepenuhnya pantas. Khususnya bagi keluarga saya sendiri. Terang saja, jangankan untuk memikirkan kendaraan yang wah, modis, keren, mewah tentu harus berpikir seribu kali jika ingin mendapatkannya. Apalagi sampai kepikiran mobil sporty, dan keluaran eropa. Kayaknya harus gigit jari.

Bagi kalangan bawah  mobil cukup disebut barang mewah, tentu saja karena harganya selangit. Kalau mobil baru tidak kurang dari ratusan juta. Meskipun saat ini ada mobil murah tipe terbaru yang dibandrol harga perusahaan 85 juta, LGCG misalnya. Tapi ketika sudah sampai di dealer harga menjadi ratusan juta. Bisa dibayangin, untuk seorang guru golongan III B, tentu amat berat di ongkos. Butuh mengerem mendadak kebutuhan harian, jika keinginan tersebut ingin terkabul. Itupun belum tentu kebeli kalau tidak ada sambilan lain selain mengajar.

Jika saja dihitung, misalnya dengan gaji sekitar 3 jutaan (kotor), harus menghidupi keluarga, listrik, beli keperluan sekolah, uang saku, biaya servis dan kebutuhan harian kendaraan tentu gak gak mungkin kurang dari 2 juta. Itupun sebenarnya sudah mepet. Nah, yang repotnya jika uang yang tiga juta itu sudah digadaikan di bank untuk membangun rumah, tinggal berapa? Kira-kira setengahnya saja. Lalu, apa yang didapat dari 1,5 juta dalam sebulan? Mau mengangsur beli mobil sepertinya mustahil, karena rata-rata kendaraan angsurannya 3 s.d 5 jutaan. Itupun DP yang tak murah hingga 25 juta.

Gak kepikiran deh kalau sampai pegawai negeri golongan III sd. IV atau bahkan eselon sekalipun bisa mengkoleksi rumah mewah, mobil berjibun, kebun di mana-mana, anak sekolah tinggi-tinggi, sedangkan modalnya hanya dari gaji PNS? Kalau gak dari bisnis (tapi modalnya dari mana coy?) Bisa juga dari korupsi, dengan backing aparat bisa menjadi agen BBM Ilegal asetnya bermilyar-milyar rupiah di Bank, seperti yang baru saja diendus KPK. Seorang pegawai di Batam, Propinsi Kepulauan Riau. Amat mudah KPK mengendus gelagat kotor para pegawai ini jika benar-benar ingin diusut darimana sumber kekayaannya. Tak butuh ahli supranatural, karena semuanya bisa dicek baik lewat perbankan maupun dari informasi masyarakat di lingkungannya.

Meskipun adapula teman saya seorang guru yang lumayan setengah baya, ke sekolah bawaannya mobil baru. Wui jadi ngiler. Jangankan mau menegor sang guru, menghidupkan klakson motor saja sudah minder. Mungkin kekayaannya itu merupakan kecerdikannya dalam mengelola usaha. atau dengan jalan lain saya juga kurang mengerti.

Saya berprasangka baik saja, mungkin karena usahanya tidak hanya guru, boleh jadi suaminya juga seorang pegawai, atau tanah perkebunannya hektaran. Jadi wajar bisa kebeli mobil yang harganya tidak murah. Meski ada satu lagi guru yang meskipun menurutnya sudah punya mobil, tapi ke sekolah bawaannya sepeda motor butut. Alasannya mungkin karena ingin sederhana. Tapi ya sudahlah gak mau usil urusan kekayaan orang lain, karena ujung-ujungnya jadi "ngiri dan dengki". Kalau sebatas iri dan dengki tapi berdampak kerja semakin semangat sih gak masalah. Tapi kalau ujung-ujungnya kepikiran korupsi kan jadi bahayaaaa. Tapi guru kelas teri yang dikorupsi apaan bro!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun