Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perempuan si Pahit Lidah

7 Oktober 2014   04:00 Diperbarui: 24 September 2015   10:27 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi Seorang Ibu (lintasgambar.com)"][/caption]Mungkin di antara pembaca ada yang mengenal legenda si pahit lidah? Kayaknya ada ya, kisah yang kalau tidak keliru lahir dari tanah pasundan. Seseorang yang ucapannya sangat berbahaya. Apa yang dia katakan akan berdampak atau berakibat yang bisa sangat menakutkan. Jika ia mengatakan jadilah batu, maka ia menjadi batu. Dan seterusnya sesuai dengan kisah orang-orang yang memiliki kelebihan sakral dari lidahnya.

Dan sepertinya kitapun masih ingat dengan legenda Malin Kundang, kisah seorang anak yang durhaka kepada ibunya, kemudian karena kutukan ibunya jadilah ia sebuah batu. Kisah legenda yang berasal dari bumi Sumatera Barat. Hingga detik ini kisah ini memberikan pengaruh yang cukup kuat kepada generasi muda khususnya masyarakat tradisional dan orang-orang yang masih teguh memegang agamanya, bahwa orang tua khususnya seorang ibu kata-katanya tak dapat dianggap remeh dan sepele, karena banyak kisah yang menceritakan seorang ibu yang tiba-tiba tak sengaja mendoakan anaknya atau orang lain yang ternyata terkabul dan terbukti akibatnya.

Manusia jadi batu, atau apapun hakekatnya sebagai gambaran yang pantas menjadi pelajaran bahwa seorang ibu tak bisa dianggap remeh kata-katanya. Apalagi kita sebagai anak berusaha menjauhi dan tidak menghormati orang tua maka dampaknya pastilah keburukan akan menimpa kita.

Dalam Islam sudah cukup jelas menempatkan kedudukan seorang wanita, khususnya ibu di atas kedudukan laki-laki terhadap anak-anaknya, meskipun kedudukan dalam keluarga seorang suami di atas sang istri. Tapi, tatkala berbicara penghormatan Nabi memberikan tuntunan agar mendahulukan ibunya. Sebagaimana dalam haditsnya ketika ditanya oleh sahabat siapakah kiranya yang harus dihormati terlebih dahulu, Nabi pun menjawab Ibumu, lalu siapa lagi? Jawab Nabi Ibumu, lalu siapa lagi? Ibumu kemudian yang keempatnya beliau menjawab Bapakmu. Di urutan ke empat seorang anak harus menghormati ayahnya setelah ibunya. Namun demikian tidak semua yang diperintahkan orang tua harus diikuti semua, karena ada hal-hal yang boleh ditolak jika berkaitan dengan yang dilarang oleh Tuhan.

Terlepas dari kelebihan para wanita terhadap laki-laki karena wanita lebih banyak menangguh penderitaan tatkala mengandung anak-anaknya. Dengan rentang waktu sembilan bulan sepuluh hari sang ibu mengandung anaknya. Tanpa bisa menolak ia menjalani hari-harinya dalam penderitaan. Tidur miring sulit, terlentang juga sulit apalagi tengkurap kayaknya tak mungkin bisa dilakukan. Semua ditahan demi sang buah hatinya. Sang ibu selalu mendoakan anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh, berbakti kepada kedua orang tuanya. Menjadi anak yang bisa membanggakan orang tuanya, dan tentu saja anak-anak yang bisa mendoakan kedua orang tuanya jika telah tiada.

Karena beban hidup yang dihadapi seorang ibu inilah seakan-akan pintu langit akan terbuka jika sang ibu melantunkan doa kepada anak-anaknya. Dan kemungkinan besar akan dikabulkan jika ibunya beriman kepada Tuhannya. Bahkan anak-anak yang meraih kesuksesan hakekatnya adalah karena doa-doa dari orang tuanya. Meskipun demikian tak sedikit anak-anak yang harus tersungkur tak berdaya dalam kebangkrutan dan kehidupan yang sengsara disebabkan karena doa sang ibu. Bahkan dalam suatu kisah, ada seorang anak yang sulit menemui ajal dikarenakan telah menyakiti hati ibunya. Hingga berhari-hari ia tak juga menemui ajal. Kemudian tiba-tiba Nabi mengancam akan membakar anaknya jika tak juga diampuni. Dan karena sifat kasih ibu yang tak terbatas, maka ia maafkan anaknya. Karena maaf itulah si anak dapat menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Itulah gambaran para perempuan hakekatnya seperti pemilik lidah yang bertuah. Jika ibu mendoakan baik, insyaAllah maka kebaikan akan menghampiri anaknya, dan ketika ibu justru mendoakan keburukan, maka kemungkinan besar dampak dari doa-doa ibupun akan terjadi. Semua karena kelebihan yang diberikan Tuhan kepada para ibu.

Oleh karena itu, berusaha menjadi anak yang berbakti dan mencegah ibu untuk tidak murka dan tidak mendoakan yang buruk adalah lebih baik sebelum segalanya terjadi. Tapi bagi seorang ibu maka sebaiknya mencegah berkata-kata atau berdoa yang buruk karena dampak terburuk bisa terjadi. Lebih baik mendoakan yang baik niscaya kebaikan akan mereka dapatkan karena dengan doa-doa kebaikan justru akan dirasakan tak hanya yang didoakan, orang yang mendoakan pun akan mendapatkan manfaat dan hikmahnya.

Bahkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW pun disebutkan ridhollahi fii ridhol walidaini, wa shuhthollahi fii shuhthil walidaini. Artinya ridonya Tuhan karena ridhonya orang tuanya, dan laknat (murka) Tuhan karena murkanya orang tua.

 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun