Apakah pendidikannya yang boleh disalahkan? atau perguruan tingginya yang tak layak menjadi rujukan karena dianggap tak mampu menelurkan mahasiswa yang siap pakai dalam situasi apapun? Tentu jawabnya akan sangat beragam lantaran dalam situasi tertentu sebuah institusi pendidikan selayaknya kawah candra dimuka tempat menggembleng mahasiswanya dengan aneka pengetahuan agar mereka mampu menjadi generasi yang mandiri dan siap pakai. Tapi faktanya justru semakin lama mereka menuntut pendidikan ternyata tak juga mendapatkan predikat mandiri dan layak pakai. Justru bertolak belakang dan menunjukkan tingkah polah seorang sarjana yang sama sekali jauh dari sosok yang berpendidikan tinggi.
Dengan demikian, bahwa sepatutnya penghargaan pada status seseorang jangan semata-mata karena ijazah semata, akan tetapi skill, pengalaman dan prestasi yang telah diraihnya dalam bidang tertentu.
Bekali kemandirian dan skill (keahlian) dan pengalaman hidup sejah dini.
Pendidikan adalah proses, dan prosesnya akan berhasil guna jika dilalui secara bertahap, step by step. Diawali dari persoalan yang simpel hingga yang rumit. Mengajarkan kemandirian, skil dan pengalaman hidup dimulai dari usia mereka muda.
Membekali pendidikan umum sangat diperlukan, tapi pendidikan yang berorientasi kemandirian, keahlian dan pengalamn hidup sepertinya jauh lebih bermanfat bagi generasi muda. Tak hanya kecerdasan logika saja yang dituntut dalam lembaga pendidikan, tapi kecerdasan lain seperti kecerdasan sosial, bahasa, keahlian praktis dan aneka kecerdasan dan bakat lain yang mesti dikembangkan agar generasi muda ini tak gagap lagi tatkala berhadapan pada situasi yang sulit dalam kehidupan mereka.
Hidup memang mesti berpikir dan berhayal, tapi melakukan segalanya dengan semangat kerja berdasarkan skill dan pengalaman yang utuh yang diperolehnya selama proses pendidikan maupun dunia kerjanya pun tak dapat diabaikan.
Ijazah tinggi memang diburu dan dicari sebagai jenjang pendidikan tinggi dan keilmuannya, tapi pengetahuan praktis yang tak melulu berdasarkan logika yang jumud dan terbatas pun sangat dibutuhkan saat ini demi proses kemandirian dan kemajuan prestasi kerja generasi Indonesia yang lebih baik. Mana mungkin bangsa ini siap bersaing dari bangsa lain jika para generasi mudanya terlalu naif mengandalkan ijazah semata demi sebuah pekerjaan kantoran. Jangan sampai ada kesan justru sarjana lebih rendah kemampuannya dibandingkan lulusan SR atau SMP sekalipun.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H