Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belajar Mencintai Jamu, Ala Bu Fathonah

30 Desember 2014   05:34 Diperbarui: 22 Oktober 2020   09:14 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14198669821911593837

Beratnya usaha jamu di tengah-tengah jamu modern

Seperti apa yang di alami Bu Fathonah dan penjual jamu lainnya, tentu tak terlepas dari para pembeli atau pelanggan yang setia menanti jamunya datang. Meski kadangkala permintaan tak dapat dipenuhi lantaran bahan pembuatan jamu (umbi-umbian dan rempah-rempah) semakin langka juga harganya juga ikut melambung tinggi. 

Jadi para penjual jamu ini berusaha meyakinkan pembeli bahwa kualitas jamu tidak berubah tapi hanya dinaikkan sedikit. Cara ini lebih sportif dibandingkan mengurangi kualitas jamunya. 

Tentu jika kualitas jamu dikurangi atau justru dicampuri dengan bahan yang kurang baik, tentu hasilnya juga mengecewakan. Konsumen yang sudah terbiasa memperoleh manfaat dari jamu, akan merasakan kecewa jika kualitasnya justru menurun.

Kendala penjualan karena bahan yang merangkak naik, dipengaruhi oleh adanya jamu-jamu yang diproduksi secara modern dan harganya juga cenderung murah. Seperti contoh jamu tolak angin, dengan hanya 1.000-1.500 rupiah kita bisa menikmati jamunya. 

Ada pula jamu jenis jamu komplit biasanya di pasaran kisaran 2.000 sd 2.500 rupiah. tentu harganya sangat terjangkau untuk kalangan bawah. Tentu karena harga jamu modern ini murah, dampaknya jamu tradisional menjadi kalah bersaing, baik dari segi ekonomisnya juga terkait efektifitas dan efisiensi dalam penyajian.

Masih bersyukur saat ini-khususnya di kampung-kampung-para petani umbi (rimpang jahe, temulawak dan sejenisnya) masih banyak ditemukan, Jadi kebutuhan akan bahan utama jamu tidak terlalu sulit diperoleh. 

Namun demikian, kendalanya adalah tatkala saat ini semua bahan pangan naik, bahan baku jamu juga naik. Masih beruntung jika masih ada yang menjual. Coba kalau tidak ada, kan repot.

Semestinya dengan rasa cinta akan produk dalam negeri, pemerintah menggiatkan kembali petani yang khusus menanam bahan obat-obatan atau jamu tradisional. 

Selain mengadakan penyuluhan, juga tak kalah pentingnya adalah pemerintah bisa menampung hasil pertanian mereka sehingga harga-harga tersebut cenderung stabil. 

Sangat kontras untuk saat ini, para petani bahan jamu cenderung bersemangat tatkala menanam, seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak dll, tapi tatkala panen harganya justru turun drastis. karena kondisi ini banyak petani yang gulung tikar dan emoh menanam bahan jamu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun