Betapa terkejutnya saya di pagi ini, dan juga guru-guru lain tatkala mendapatkan bingkisan dari sahabat sesama guru. Sang guru kebetulan baru saja selesai dari ibadah umroh. Dan seperti biasa siapa saja yang kembali dari tanah suci Mekah, membawa bingkisan atau sekedar oleh-oleh yang ingin dibagikan kepada kerabat, keluarga dan sahabat yang ingin mencicipi oleh-oleh dari tanah suci Mekkah tersebut.
Awalnya kami senang melihat bungkusan yang berisi sejumlah kurma dan sebotol minuman yang katanya air zam-zam. Minuman wajib yang mesti dibawa tatkala kembali ke kampung halaman. Kurma tersebut dibungkus rapi seperti bungkusan kue dan air zam-zam diwadahi dalam botol kecil dengan ditempeli doa.
[caption id="attachment_391999" align="aligncenter" width="400" caption="Gambar: Sisa kurma yang kami konsumsi ternyata telah membusuk dan berisi belatung (doc. pribadi)"][/caption]
Tanpa ragu dan tak menunggu lama bingkisan tersebut kami lahap dan minuman pun turut membasahi kerongkongan kami. Kurma dari dahulu tetaplah manis di lidah. Sedangkan sebotol minuman yang katanya air zam-zam tersebut memang rasanya berbeda dari air minum yang biasa kami minum dari sumur atau minuman yang diperjual belikan. Berharap air zam-zam bisa menjadi obat karena air zam-zam memiliki kandungan senyawa yang baik untuk kesehatan kita.
Meskipun demikian, demi ingin memakan kurma secara perlahan kami membuka bijinya satu persatu dan sayang sekali di sisa buah yang terakhir yang kebetulan dua butir ternyata mengandung belatung. Rasanya saya masih kurang percaya jika mengingat kurma yang telah kami makan ternyata sudah membusuk.
Dalam hati saya tidak segera menuduh si pemberi hendak memberi kami dengan makanan busuk, karena alangkah tidak terpujinya ketika memberi orang lain yang menurut kami dari tanah suci ternyata justru sudah tidak layak konsumsi. Justru kasihan sekali kenapa beliau tertipu barang yang kelihatannya bagus tapi justru merugikan dirinya. Tak hanya beliau yang membeli, karena kami yang menikmati pun turut kecewa lantaran sudah memasukkan belatung ke dalam perut kami.
Boleh jadi, si pembeli tidak memeriksa dahulu bagaimana kondisi kurma yang dibeli. Sehingga tertipu oleh pedagang makanan yang saat ini cukup banyak berkeliaran. Apalagi saat ini, buah kurma seperti tidak pernah disorot media atau BPOM terkait kondisi buah dan dampak kesehatannya bagi kita. Tentu sampai sejauh ini belum pernah ada laporan yang menyatakan bahwa kurma-kurma yang beredar banyak yang sudah tak layak konsumsi. Sehingga sampai saat inipun cukup wajar pula jika para pedagang nakal ingin memperoleh keuntungan yang berlebih lantaran mereka menjual makanan yang berbahaya bagi kesehatan.
Selain kondisi busuknya kurma tersebut, boleh saja di pasaran sudah beredar kurma yang sudah diberikan pengawet kimia yang berbahaya agar makanan ini awet. Meskipun kurma adalah makanan yang manis dan makanan manis cenderung awet, namun jika makanan ini disimpan dalam waktu yang lama maka tetap akan mengalami kerusakan jika tidak lekas laku terjual.
Apalagi jika melihat kondisi kurma "busuk" yang telah kami konsumsi sudah membuktikan bahwa para peziarah tersebut sudah menjadi sasaran empuk penipuan para pedagang yang ingin mendapatkan keuntungan berlebih tanpa memikirkan dampak yang terjadi jika yang dijual berbahaya bagi kesehatan.
Kurma busuk yang sampai di tangan kami hakekatnya menjadi sampel, bahwa saat ini ada indikasi penjual kurma di pasaran sudah memanfaatkan kelengahan pembelinya.
Ada beberapa asumsi bagaimana kurma busuk itu bisa mudah beredar.