Tanpa berpikir panjang yang kebetulan saya mendengar teriakan anak, saya berlari keluar dan berusaha menyelamatkan anak. Darah masih mengalir cukup deras hingga membasahi bahu parit. Saya panik karena orang tua si anak tidak ada di rumah. Sedangkan kakaknya entah kemana. Saya jengkel kog si kakak malah pergi tanpa memperhatikan adiknya.
Dalam keadaan jengkel tersebut, saya bopong si anak dan saya memanggil istri saya agar memberikan anak penanganan pertama memberikan air hangat agar darahnya berhenti sementara. Untung istri cukup sigap. Ia keluar rumah dan segera saja mengambil apa yang diperlukan. Tetangga lain pun turut panik, lantaran beliau memiliki cucu yang harus dimandikan.
Ya sudah, beruntung kami bisa menangani keluarnya darah dan kontan darah berhenti. Tapi si anak menangis dan saya berusaha mendiamkannya dengan mengatakan "sabar ya nak, nanti kamu pak ali bawa ke puskesmas." Saya tidak sempat memanggil orang tuanya karena tak dimana mereka bekerja. Dan kakaknya baru diketemukan beberapa saat setelah si anak berhasil kami tangani.
Tak menunggu lama, kami berdua membawa anak tersebut ke Puskesmas terdekat agar mendapatkan pertolongan medis. Sedangkan anak saya yang sama-sama dini saya titipkan pada tetangga agar mengawasi sebentar tatkala saya pergi.
Beruntung dokter Puskesmas (Sumbersari) segera memberikan pertolongan. Meski saya dan istri harus merayu dan memberikan keyakinan bahwa dijahit tidak sakit. Alhamdulillah, akibat pertolongan dokter persoalan anak dapat kami tangani bersama. Meskipun sang anak bukanlah anak sendiri lantaran empati dan kasihan karena ortunya tidak ada maka kami berusaha semaksimal mungkin menolong. Tak peduli ketika kami harus keluar uang dahulu lantaran sewaktu membawa anak tidak membawa KK agar mendapatkan pertolongan gratis.
****
Kejadian tersebut hakekatnya banyak dialami anak-anak di sekitar kita. Tak hanya kasus Linda di atas, karena beberapa saat yang lalu pula sang anak terjatuh dari gedung bertingkat sebuah rumah sakit di Jakarta. Beruntung sang anak bisa diselamatkan. Begitu pula kejadian yang menimpa tetangga kami, sang anak tercebur ke sumur akibat bermain-main di sekitarnya. Orang tua tak mengerti bahwa anak-anak semestinya diawasi. Jangan lalai meski sedetikpun. Kalau benar-benar lalai, alamat kecelakaan akan terjadi.
Beruntung si Linda tidak terluka para di kepala (gegar otak) dan hanya luka dikulit meskipun cukup dalam tapi bisa disembuhkan dan tidak berbahaya bagi otaknya.
Banyak loh akibat kelalaian orang tua anak harus kehilangan nyawa. Entah anak terbakar tatkala bermain di tempat pembakaran sampah, tercebur ke kolam atau ketabrak kendaraan yang kebetulan melintas di depan rumah. Semua akibat orang tua terlalu lalai dan terlalu sibuk dengan pekerjaan tapi tidak cukup memberikan rasa aman kepada anak-anaknya. Seandainya mereka tidak bisa menjaga secara intens, cukup wakilkan kepada baby sitter atau keluarga sendiri (anak tertua, bibi, paman, nenek, kakek) atau siapalah yang bisa dipercaya menjaga anak kita tatkala kita tengah bekerja.
Membangun intelegensi dan kesehatan fisik maupun psikis anak dengan melibatkan anak dalam permainan di lingkungan sekitar, amat berdampak positif dan signifikan. Tapi dengan melalaikan mereka tatkala bermain justru dampaknya lebih berbahaya kepada anak.
Salam Kompasiana. Selamat Berhari Minggu!