Mohon tunggu...
Malia Anna Muthia
Malia Anna Muthia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Work at ERP System

It is okey to be afraid, but don't forget that lives must go on Malia

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Saya yang Terlahir ke Dunia?

19 Juni 2021   22:28 Diperbarui: 19 Juni 2021   23:14 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Pertanyaan ini baru benar-benar muncul saat saya berusia 25 tahun, tepatnya pada Bulan Mei 2021. Saya tahu bahwa Allah memiliki tujuan untuk menurunkan manusia ke bumi, yaitu sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di muka bumi. Tapi bukan itu pertanyaannya, ada objek yang lebih detail yang saya simpan pada judul tulisan ini, yaitu "saya" bukan "manusia". Saat saya SMP saya pernah mendengar cerita dari guru saya, bahwasannya sebelum kita turun ke muka bumi, kita memiliki perjanjian dengan Allah. Lalu pertanyaannya adalah mengapa harus saya yang dipilih oleh Allah dan membuat perjanjian itu? mengapa harus saya yang memenangkan pertempuran dengan sperma lain dan berhasil menembus dinding ovum? apa sebenarnya alasan khususmu ya Allah sehingga saya yang Kau pilih? apakah mungkin pertanyaan ini sama dengan mengapa aku bisa bertemu dengan nya di bumi yang luas ini? maka jawabannya adalah T.A.K.D.I.R. Apakah mungkin ini juga sama dengan pertanyaan mengapa dia meninggalkan kita dalam kecelakaan? apakah sama juga dengan pertanyaan mengapa mereka adalah orang tuaku? mungkin benar itu adalah takdir. sama seperti kita dipertemukan dengan pasangan kita, disamping takdir, Allah pasti memiliki alasan atas ketetapannya. sama seperti orang tua kita, Allah pasti memiliki alasan mengapa mereka adalah orang tua kita. Dan ya, itulah mengapa saya terlahir ke muka bumi ini, pasti Allah memiliki alasannya.

Saya akan mencarinya, selama itu juga saya berfikir kira-kira apa yang menjadi alasan Allah menurunkan saya? lalu saya teringat akan sebuah pernyataan bahwa hidup tidak selalu hanya mencari namun terkadang hidup juga perlu yang namanya menciptakan. Akhirnya saya sudah memutuskan bahwa saya sendiri yang akan menciptakan alasan itu. Lalu tiba saatnya kita berangkat dari pertanyaan pertama, apa? saya sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaan itu. Saya sangat percaya hingga saat ini diluar apa pun kondisi saya, baik saat saya sedang merasakan insecure, demotivasi, sedih, senang, semangat, marah, putus asa, kebingungan, merasa tidak berguna, atau perasaan lainnya yang muncul dalam hati, tidak akan pernah saya menyangkal pernyataan dalam Al-Quran bahwa sebaik - baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. I found it, itu lah alasan yang akan saya buat kenapa saya yang harus lahir ke muka bumi ini. saya harus bermanfaat bagia manusia lainnya. kalimat itu bagaikan kepala pada manusia, tower pada sebuah gedung, bagaikan hulu pada aliran sungai, bagaikan puncak pada sebuah gunung. Kalimat itu adalah kalimat inti yang bisa memicu saya untuk menghasilkan perilaku cemerlang lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun