"Being a teacher or educator has never thought or imagined on my mind." Mungkin inilah quote yang tepat untuk disematkan kepada saya sebelum saya menjadi seorang guru atau tenaga pendidik seperti pada saat ini. Pasti banyak pertanyaan muncul dari kutipan yang saya sampaikan tersebut. Tapi itulah yang terjadi dan saya alami yang dimana sebelumnya saya tidak pernah bercita-cita, berkeinginan bahkan ingin menjadi seorang guru. Bahkan, saya dulu bercita-cita apabila nanti saya setelah lulus dari perguruan tinggi, saya dapat bekerja yang dimana tempatnya bisa menghasilkan salary yang lumayan besar seperti di PERBANKAN, PERTAMINA, PERTAMBANGAN dan perusahaan Bonafide lainnya. Begitu besar harapan tersebut, namun faktanya itu tidak pernah kesampaian sampai pada saat ini. Namun, saya tetap berfikir positif mungkin ada rencana TUHAN yang lebih baik lagi yang TUHAN persiapkan untuk saya nantinya.
Saya dulu merasa bahwa saya tidak memiliki passion sama sekali untuk yang namanya mengajar apalagi mendidik dengan alasan yaitu saya tidak bisa mengajar dan tidak tau bagaimana caranya mengajar apalagi mendidik.Â
Saya berpendapat bahwa untuk belajar sendiri saja susah apalagi mengajarkan orang lain. Karena pada saat saya menempuh pendidikan baik itu dari mulai tingkat SD, SMP, bahkan SMA saya bisa melihat dan merasakan betapa sulitnya guru saya menjadi seorang guru ataupun pendidik. Itu merupakan sebuah pekerjaan yang benar-benar sulit yang dimana memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik serta mencerdaskan peserta didiknya.Â
Terbentuknya karakter, sikap peserta didik yang berakhlak mulia dan berhasilnya seorang peserta didik itu tergantung bagaimana guru tersebut mendidik serta mengajarkan menjadi seorang peserta didik yang tidak hanya cerdas secara intelektual tapi juga cerdas secara spiritual maupun sosial.Â
Selain dari itu, seperti yang saya ketahui bahwa "Salary" seorang guru itu terbilang kecil kecuali kalau status guru itu "PNS" yang dimana banyak mendapat tunjangan sana-sini. Lihat saja guru honorer yang biasanya menerima gaji 3 bulan sekali itupun dengan nominal yang sangat kecil. Alangkah mirisnya seorang pendidik yang memiliki peran untuk mencerdaskan anak bangsa hanya diberikan penghargaaan sekecil itu. Itulah alasan saya mengapa saya tidak ingin sekali menjadi seorang pendidik atau guru pada saat itu. Terlalu banyak kewajiban, tanggung jawab yang besar namun tidak setara apa yang didapatkan.
"Made to do what you do not want to do." Inilah quote lainnya yang tepat menggambarkan bahwa cerita hidup saya berubah 180 derajad dari apa yang saya harapkan selama ini. Apa yang saya takutkan dan pikirkan menjadi seorang pendidik atau guru itu berubah seketika setelah saya mencoba terjun dan menyelami langsung seperti apa tantangan menjadi seorang pendidik atau guru. Saya baru menyadari dan merasakan bahwa tidak ada yang begitu mulia selain bisa memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain dalam hal ini yaitu ilmu dan juga mendidik. Suatu kebanggaan bahwa saya bisa menjadi salah satu orang yang bisa memberikan ilmu dan mendidik peserta didik yang nantinya bisa bermanfaat dan berguna bagi mereka di kemudian hari. Selain dari itu, saya memiliki harapan besar bahwa mereka akan menjadi seseorang yang sukses dan berhasil serta dapat membanggakan orang tua dan pastinya bisa berkontribusi untuk bangsa dan negara.
CNS (Citra Nusantara School), disinilah saya memulai tantangan saya menjadi seorang tenaga pendidik. Mendidik dan mengajar merupakan hal yang tidak dapat terpisahkan dalam dunia pendidikan. 10 tahun bukanlah waktu yang singkat mengabdi di sebuah institusi yang menjadi rumah kedua bagi saya. Banyak pengalaman, ilmu, teman, suka maupun duka serta pelajaran hidup yang saya dapatkan disana. Selain itu, cara bagaimana menjalin hubungan antar relasi kerja, berkerja di bawah tekanan, time management, belajar berkomunikasi dengan baik dan yang paling penting disinilah saya memahami artinya mendidik yang dimana tidak akan saya dapatkan di institusi/lembaga lain selain di institusi pendidikan seperti yang saja jalani sekarang.Â
Maka dari itu, saya berharap apa yang sudah saya dapatkan di tempat dimana saya mengabdi lebih kurang selama 10 tahun ini dapat saya aplikasikan lagi di institusi yang saya lamar ini yaitu, SHS (Suria Harapan School). SHS merupakan salah satu outstanding bilingual school yang ada dikota Jambi. Seperti yang saya ketahui, SHS sebagai institusi pendidikan yang berbasis bilingual school yang sekarang sedang sangat berkembang dan sangat diminati baik dari peserta didik/orang tua di kota Jambi pada saat ini.
Begitu besarnya peminat yang ingin mempercayakan peserta didik menempuh pendidikan disini dikarenakan SHS memiliki fasilitas yang sangat baik serta memadai. Selain itu juga, memiliki pendidik yang berkualitas serta manajemen sekolah yang sangat baik dari pihak yayasan serta stakeholder yang benar-benar serius dan semangat dalam membangun sekolah ini menjadi salah satu institusi pendidikan yang terbaik dan bisa bersaing dengan institusi pendidikan yang lain yang ada di kota Jambi pada saat ini.
Salah satu alasan saya mengapa ingin sekali bergabung dengan SHS untuk dapat berkontribusi untuk membangun dan mengembangkan SHS lebih baik kedepannya. Selain itu juga, SHS juga memiliki kesaamaan dari tempat saya mengabdi sebelumnya yaitu institusi pendidikan yang berbasis bilingual school yang mungkin sejalan dengan apa yang sudah saya aplikasikan dan lakukan selama ini dan pada akhirnya saya bisa melanjutkannya di SHS nanti apabila diizinkan bergabung dan menjadi bagian dari keluarga besar SHS.
Maka dari itu, saya sangat berharap bisa diterima dan bisa berkontribusi di SHS kedepannya untuk membangun, mengembangkan serta memajukan SHS menjadi lebih baik lagi. Selain dari itu, saya juga berharap saya bisa mendapatkan lebih banyak lagi pengalaman, ilmu, rekan kerja, tantangan yang baru di SHS yang mungkin saya belum pernah dapatkan di institusi sebelumnya. Terima kasih atas perhatiannya, mohon maaf yang sebesar-sebesarnya apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan kurang pantas yang saya sampaikan pada tulisan saya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H