Mohon tunggu...
muhammad ilhamnurulillah
muhammad ilhamnurulillah Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

istilah kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dimana Kau Kata-kata

9 September 2023   16:40 Diperbarui: 9 September 2023   16:46 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kali aku merasa kehilangan, jiwa menjadi pemisah perseturuan antara rasa dan karsa. Bahkan tidak sedikit aku bertanya tentang yang apa yang membuat ku merasa kehilangan, bagaimana seseornag merasakan kehilangan sementara dirinya tidak mengetahui sebab dari kehilangan itu sendiri.

Aku mencoba menembus kabut yang menyelimuti matahari pagi itu, sedari berharap jawabnya ada disana. Aku mengamati bagaimana sang surya tergelincir dari tahtanya, diantara bukit dan laut terengah-engah merangkat langit.

Pucuk bunga matahari mekar melingkari birunya langit pagi, disana angin bertiup kencang. Menjatuhkan mu dari pelukan timur kepangkuan barat.

Aku bertanya kembali tentang sebuah kehilangan, seperti memang benar tidak ada seorang pun yang tegar dihadapan kehilangan. Maka, kuputuskan kembali berkelana mencari jawaban atas kehilangan ini.

Aku meletakan tubuh  dihamparan pasir dan nyiur yang melambai-lambai. Ini bukan soal pertemuan dan perpisahan. Melainkan tentang pencarian sebuah makna petualangan hidup diantara riuh yang jatuh pada ukiran garis takdir tuhan.

Dibarat mentari menari dengan sinarnya, terik menjabat tangan ku dengan hangat. Nyaman adalah pesan yang disampaikan sementara kehilangan adalah pertanyaan yang berlarian mencari jalan.

Sampailah pada jalan pulang, sebuah pepatah berputar dikepalaku. Setelah perjalanan panjang kau akan sampai pada titik ter rendah dan pulang menjadi alasan  indah untuk kau melambatkan langkah. Maka, akhir dari sebuah perjalanan adalah rumah.

Begitu juga dengan mentari yang ku lihat tadi pagi, binar tidak selamanya terang. Temaram menjadi wajah baru wujud aslinya, merah jingga dan sedikit warna keemasan menghapus langit biru.

Tidak terasa gelap menghapiri ku ditepi pantai. Angin mengibarkan sepucuk rindu mentipkan salam bahwa mentari tidak mati, ia akan selalu hidup kembali hanya saja kau akan menemuinya dalam wujud lain. Kiranya begitulah mentari dan bulan membagi porsi takdinya sindiri.

Mungkin itu artinya "akan selalu ada kehidupan setelah mati". Lantas bagaimana keterkaitan ini dengan pertanyaan ku akan kehilangan, jawabanya ada dipenghujung tulisan ini.

Barang kali hilang yang ku maksud adakah resah karena setiap kali pena dan buku ku bertemu tidak ada kata yang jatuh bahkan berbrais rapih untuk kembali ku baca dikemudian hari.

Aku kehilangan kata-kata, entah apakah dia pergi atau mati. Kopi hangat itu menjadi dingin bukan karena aku mendiamkanya tapi karena kata-kata ku tidak lagi menemui nya.

Apakah kau lelah kata-kata, atau mungkin kau marah. Jika diperkenankan iznkan aku membasuh mu agar tetap tumbuh. Mungkin aku hanya sedang rindu pada sebuah istilah kata-kata yang konon sering ku sebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun