Mohon tunggu...
Malikus Senoadi Widyatama
Malikus Senoadi Widyatama Mohon Tunggu... -

Wirausahawan sederhana, mudah, rajin menabung, kreatif, cepat tanggap, cerdas cermat, mudah dicari di toko terdekat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Benua Atlantis yang Hilang Paling (mirip) Indonesia

9 Mei 2011   09:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:55 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah anda membayangkan keadaan wilayah Indonesia pada jaman dahulu kala, pada jaman Plestocine. Anda mungkin tidak menyangka kalau masyarakat yang hidup di wilayah Indonesia saat itu merupakan sentra peradaban dunia. Bisa jadi masyarakat pada waktu itu juga dapat berkomunikasi jarak jauh seperti menggunakan telepon selular, tetapi jaman itu masih menggunakan yang dinamakan telepati.

Daerah Indonesia yang terkena bencana alam secara beruntun. Mulai dari gunung meletus, tsunami atau gelombang besar, hingga semburan lumpur panas di Jawa Timur. Berbagai penjelasan ilmiah muncul untuk menjelaskan kejadian alam tersebut. Tetapi tahukah anda bahwa peristiwa semacam itu menimpa Benua Atlantis seperti yang diceritakan oleh filosof Plato.

Filosof Yunani, Plato (427-347 SM),  menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa bumi, banjir, dan pencairan es. Peristiwa itu juga mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itu disebut Plato sebagai benua yang hilang atau Atlantis.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu, sebagian besar bagian dunia masih diliputi oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dahulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliputi oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan Gunung Semeru di Jawa Timur. Lalu diikuti letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan Pulau Samosir yang merupakan letusan gunung yang paling hebat pada saat itu. Letusan yang dahsyat kemudian hari adalah letusan Gunung Krakatau yang memecah bagian Sumatera dan Jawa, dan lain-lain gunung sehingga membentuk dataran Sunda.

Penelitian paling akhir yang dilakukan oleh Prof. Aryso Santos, menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah
yang sekarang disebut Indonesia. Setelah beliau melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menulis buku:  "Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato's Lost Civilization" (2005). Prof. Santos berargumen dengan menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, jumlah gunung berapi, dan cara bertani. Sistem sawah berteras yang khas Indonesia, menurutnya diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Merujuk kepada penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah Indonesia merupakan satu
benua yang menyatu, tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti sekarang ini. Pada masa lalu itu
Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Langka, Sumatera, Jawa, Kalimantan,
terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Beliau berargumen bahwa pada saat terjadinya letusan
berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya menjadi bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantaibenua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang besar (tsunami) yang dahsyat.

Ada beberapa keadaan masa kini antara pendapat Plato dan Santos sependapat, yaitu : Pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis. Kedua, jumlah atau panjangnya rantai gunung berapi, untuk kondisi di Indonesia diantaranya Gunung Kerinci, Talang, Krakatau, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu sekarang telah atau sedang aktif kembali. Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan
lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Ada kemungkinan kasus di Sidoarjo merupakan lumpur yang disebutkan itu.

Prof Arsyo Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari relief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kitab suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu Rigveda
, Puranas, dll.

Selain itu, investigasi dilakukan oleh Yayasan Turangga Seta yang dimulai tahun 2010 yang mencoba menguak fakta yang menyatakan bahwa Atlantis merupakan Indonesia pada masa lalu. Investigasi dilakukan di Candi Penataran yang teletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Blitar, Jawa Timur.

Pada pahatan reliefnya terkuak sejarah jika nenek moyang kita pernah melakukan perjalanan infasi hingga Benua Amerika dengan mengalahkan bangsa Indian dan sempat berperang dengan prajurit bangsa Maya. Mereka kemudian menguasai wilayah tersebut hingga diangkat menjadi penguasa. Pada salah satu reliefnya digambarkan juga beberapa bangsa lain seperti bangsa Han (Cina), bangsa Campa, Bangsa Maya,bangsa Yahudi dan bangsa
Mesir tunduk pada leluhur kita.

Bahwa berdasarkan penelitian Prof.Arsyo Santos, Indonesia dianggap sebagai warisan dari gambaran Atlantis, tentu memberikan kita pandangan dan harapan baru. Sebab Atlantis pada masanya Atlantis dahulu merupakan pusat peradaban dunia. Gambaran pada masa Atlantis dahulu bahwa manusia waktu itu dapat berkomunikasi dengan menggunakan telepati. Mereka dapat berkomunikasi tanpa terhalang jarak. Mungkin di waktu sekarang ini kita dapat ikut menikmati kehandalan fasilitas telekomunikasi sehingga banyak warga kita juga dapat berkomunikasi tidak terbatas ruang. Orang desa dapat menanyakan kabar kerabatnya yang ada di kota, bahkan antar pulau. Jadi kalau orang Indonesia suka berkomunikasi dengan menggunakan telepon seluler. Mungkin memang alam bawah sadar mereka yang suka berkomunikasi tidak terbatas ruang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun