Mohon tunggu...
Ricki Maldini
Ricki Maldini Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Sejarah -

" Keyakinanmu itu tak perlu membeku dalam dadamu saudaraku, cair merupakan pilihan agar KEHORMATAN aku, kau dan mereka menjadikan nya ADA " { Betawi Meng-Indonesia }

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sang Revolusioner Jalan Pembebasan atau Jalan Menuju Tangga Kekuasaan?

26 Mei 2018   04:51 Diperbarui: 26 Mei 2018   05:01 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana kemudian hakikat sifat revolusioner itu bermuara ke tangga kekuasaankah atau dia sebagai jalan pembebasan pikiran serta tindakan yang berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa, saya tentu harus mengatakanya tergantung kepada dinamika sosial elite penguasa serta rakyat umum dimana keduanya harus memainkan startegi ceck and balance, dimana kehidupan terjangkit oleh budaya yang sakit niscaya akan menghasilkan output kehidupan yang sakit juga, kesadaran pikiran tentang kemanusiaan itu sendiri adalah pangkalnya kemudian dia harus mengarahkanya pada kebijakan bangsa bagaimana menciptakan sebuah masyarakat yang sehat. Kemudian tentang sebuah mentalitas hal ini yang harus diperhatikan dari pada kebijakan pemerintah. Revolusi mentalkah ? 

Diwilayah yang paling ekstrim, sebenrnya kita bisa meminum racun yang sama untuk membinasakan kita semua, atau kita meminta. Heyyyy, Amerika, Korea Utara, Russia hancurkan lah kami lewak nuklir-nuklir yang kau miliki! Namun bangsa dan Negara ini akan selesai, bersama habis nya kita sebagai Indonesia. Dalam tinjauan pemikiran yang sehat, tetiba kita bisa  mengkritisi menggunakan akal sehat atas kalimat bodoh yang dituliskan ini, itu bisa ? Artinya, sebenarnya tidak perlu seperti itu, cukup dengan kesadaran lewat agama, sains, fasafah bangsa, budaya bangsa, untuk sampai pada pemahaman menjadi penguasa dan rakyat yang baik.

Akhirnya, kita ingin bahwa revolusioner bukan hanya kata, yang melekat pada lisan disampaikan pada saat-saat pencalonan dalam data negara, revolusioner juga bukan lingkaran setan yang berputar dalam lingkaran api dalam sejarah umat manusia, ia bukan alat menuju kekuasaan saja, yang ketika sampai diantara kita menjadi alpa. Sang revolusioner dialah yang sejati, pembebasan atas perbudakan dari manusia, sistem, sampai alam raya.

Sampailah kita pada cita-cita pancasila, 5 butir yang bermakna dalam deretan kalimat-kata, kita semua sampai kepadanya, tapi  sebagian belum sempak melaksanakan nya, itulah mengapa dibutuhkan antara kesatuan teori dan tindakan.

Hidup Indonesia Raya ! Bergemalah alunan dalam pelukan sang surya, kecuplah alam raya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun