masih setia ia pada embun Â
melipat kalai sepenuh hati Â
menyala fajar dari ruang belakang Â
meramu harapan dari tilasan hingga wajanÂ
masih setia ia pada embun Â
menggumam doa tak berjeda Â
mengasak kalang pelepas datang Â
merajut keranjang penampung petangÂ
masih setia ia pada embun Â
menyala sunyi, temarang, dan kokok pejantan Â
ditingkah pulas, dengkur, dan pejam di belakang Â
daun jendela yang masih akurÂ
takkan buram pandang kala kanak, retak tangan dalam Â
usapan doa-doa yang mengalir dari getar jantungnya Â
yang bahkan mungkin kita lewatkan Â
segegas kirap setelah sarapan Â
menunggu dentang pelajaran pertama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!