Mohon tunggu...
Malakik Sanjo
Malakik Sanjo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Your Wish is My Command

17 April 2019   01:40 Diperbarui: 17 April 2019   01:59 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dirumah ada sepasang pengeras suara yang kata anak saya berkualitas tinggi, sudah lama berjajar disamping TV tanpa  saya pedulikan keberadaanya. Pengeras suara berkualitas cocoknya dipakai untuk 'nobar', sementara  saya selalu nonton sendirian, jadi lebih praktis menggunakan  noise canceling headset, yang  kekerasan suaranya  bisa diatur sesuka saya tanpa takut diteriaki tetangga.

Tapi kemaren malam saya terpaksa memakai pengeras suara tsb karena bermaksud mengikuti instruksi yoga dari youtube. Ternyata benar pengeras suara tersebut memang luar biasa, sehingga menerbitkan keisengan saya untuk lanjut mendengarkan yang lain lain. Diawali lagu lagu Queen yang sedang beken kembali, akhirnya malah nyasar ke piano pieces berjudul 'Thine Own' gubahan  Gustave Lange, lagu yang sangat cantik dan melodius.

Anak saya entah ada angin apa  beberapa hari yang lalu memainkan lagu tersebut  di piano. Agak berantakan tentunya karena jarang menyentuh piano lagi. Tapi biarpun ada beberapa nada salah pencet  membawa nostalgia buat saya, ke masa   dia masih latihan piano setiap hari. 

Akhirnya saya membongkar  buku piano anak dan mencari di youtube semua piano pieces yang pernah dia mainkan.  Ternyata banyak juga, ada puluhan lagu lagu klasik grade 3 sampai 7.

'Mama lagi nonton film apa, kok ada Tarantella  ?',  tanya anak saya yang baru saja pulang kantor. Tarantella adalah  piano pieces terkenal ciptaan Albert Pieczonka . Sepotong lagu yang sewaktu  kelas 2 SMP  dia latih mati matian  dan sangat dibanggakan.

Meluncurkan jari jari  dari tuts nada tinggi ke nada rendah dengan cepat telihat cool layaknya pemain piano handal dari film kartun Nodame Cantabile. Meskipun Tarantella pakemnya adalah  60 ketuk satu menit, sering kali lagu ini dimainkan orang dengan kecepatan dua kali lipatnya. Hal yang sama dilakukan anak saya dan teman temannya di sekolah piano. Kecepatan jari ketika scaling down nya itulah letak kebanggaan anak anak ini.

'Mama sedang  dengerin lagu lagu yang pernah kamu mainkan, ternyata banyak juga ya', jawab saya.

'Ya iyalah ma, aku kan main piano dari umur 8 tahun', jawabnya  ikutan duduk disebelah saya sambil menyeruput secangkir teh.

'Wuis... 'si mbak cilik'  ini bagus juga ya Tarantella nya, 'penghinaan' sekali nih buat kita kita yang setengah modar latiham baru bisa main' kata anak saya ketawa  mengomentari gadis cina  berumur 9 tahun  di Youtube. Teknik bermainnya baik serta rapi, mungkin sudah melewati waktu latihan yang panjang, sambil dipukuli ibunya kata anak saya bercanda.

Saya dan anak sadar betul bahwa  untuk memainkan sepotong  lagu klasik dengan bagus dan benar membutuhkan latihan  keras berdisiplin tinggi. Posisi tangan ketika menekan tuts piano saja ada aturannya serta perlu dilatih, karena posisi tangan ini yang nantinya akan menentukan kemampuan menekan ketika sudah diperlukan bermain dengan kekuatan tekan yang berbeda beda.  

Semua chord musik dan kombinasi nya juga harus dimainkan berulang ulang. 'Latihan tangan' inilah yang paling tidak disukai anak saya masa itu, bosan dan tidak ada melodinya, tapi harus dilakukan kalau mau beranjak ke grade lebih tinggi.

Beberapa teman  membeli piano akustik keren buat anaknya, tapi kemudian tidak pernah dipakai sehingga menganggur diruang tamu sebagai dekorasi rumah, dengan alasan  anak tidak suka serta tidak berbakat main piano, di kursus kan tapi kemudian minta berhenti. Kecuali segelintir anak anak yang memang sudah dari sananya dalam jiwanya mengalun musik,  mana ada anak kecil yang dengan sukarela mau duduk didepan piano latihan tangan tiap hari ?, banyak hal lain yang lebih menarik bagi mereka. Adalah orang tua yang harus berteguh hati 'memaksa dan mengakali' anak anak ini agar tetap termotivasi untuk  berjalan terus.

Menurut saya salah satu yang membuat anak anak bertahan melakukan hal hal yang berat buat mereka adalah keinginannya  untuk menyenangkan hati  orang tua.  Anak adalah 'dunia' buat orang tuanya, sebaliknya orang tua juga 'dunia' bagi anak anaknya.  Dulu saya mengantar sendiri anak saya ke les piano, memperhatikan kemajuannya dengan seksama, mendengarkan dia latihan dengan senang hati,  bahkan  sambil ikut berdendang dari dapur. 

Anak lelaki Tacie Ani pemotong rambut di salon langganan  saya juara berenang kelompok umur se propinsi. Dia mengantar anaknya latihan berenang jam 4:30 pagi sebelum berangkat sekolah, apalagi kalau sudah mulai persiapan untuk perlombaan. Bayangkan anak lelaki usia 10 tahun, jam 4:30 pagi nyebur ke kolam yang airnya dingin, mestinya memerlukan keteguhan hati ibu dan anak.   

Pada saat perlombaan Tacie Ani biasanya jualan makanan  laris manis dibeli penonton yang umumnya keluarga anak anak yang ikut lomba serta teman temannya. Menjadi juara bisa jadi merupakan token penghormatan  dan hadiah dari anak kepada ibunya,  menunjukkan biarpun ibunya jualan dipelataran dia bisa mengalahkan semua anak anak yang orang tuanya lebih kaya,  ucapan terima kasih atas usaha ibunya setiap pagi membangunkan mengantar dan menunggui dia latihan.

Yakin saya bahwa orang tua adalah salah satu kunci keberhasilan anak anaknya. Anaknya saya  dengan bergurau mengatakan  ; 'your wish is my command, I am your dream machine'. Kapan itu saya mendiskusikan kalimat ini dengan seorang teman yang mengangguk kepalanya setuju. Anaknya 'to his surprise'  menjadi atlit panahan kelompok umur se propinsi. 

Awalnya teman saya ini bermaksud membuat anak lelaki satu satunya ini berolahraga, daripada sepanjang hari berkutat dengan game. Kemudian dikombinasikan  dengan keinginan memperkenalkan budaya wayang, dia membelikan seperangkat alat olah raga panahan buat anaknya. Dia pikir sekali tepuk dua objektif bisa dicapai, pertama olah raga, kedua mendekatkan diri ke budaya jawa.

Teman itu sendiri yang mengantar, menunggui, mengamati dan mengomentari anaknya  latihan. Hasil latihan anaknya jarang dipuji,  malah lebih sering 'dihina'. 'Kok banyak yang meleset, mestinya bisa lebih mendekati target' dst. 

Ternyata dari sesi ke sesi  anaknya beringsut maju menunjukan prestasi  yang lebih dan lebih baik, sampai akhirnya terkualifikasi untuk perlombaan antar propinsi.   Anak  sangat ingin menyenangkan hati orang tuanya,  'your wish is my command'  gurauan anak saya tidaklah salah.

Kembali ke Youtube kami menemukan ada anak lelaki berumur sekitar  5 tahun memainkan Tarantella juga, walaupun lagu dapat diselesaikan komplit namun tekniknya jauh dari benar. Dapat dimaklumi karena si anak  masih kecil, kakinya saja belum  meraih pedal piano bila duduk, sehingga dia harus berdiri.  Anak saya sambil tertawa berkomentar, 'gimana orang tuanya mengakali dia agar latihan ya, barangkali  kalau belum latihan nggak boleh makan  ya'.

Walaupun  bisa dibuktikan bahwa keinginan orang tua adalah semacam titah buat anak, tapi mestinyapara orang tua memiliki batas dan hati nurani  untuk tidak bertindak semena mena kepada anak anaknya. Di Youtube ada ratusan bahkan ribuan video berisikan  anak anak kecil   'jenius'  mempertunjukan  berbagai permainan  serta polah tingkah  yang wajarnya dilakukan anak anak besar atau orang dewasa.  Apakah ini contoh dari egoisme orang tua yang semena mena kepada anak, atau kebanggaan orang tua ingin mempertontonkan keistimewaan anak ?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun