Hujan kala itu mengharuskanku untuk tak lagi menyebut nama mu dalam setiap doa ku.
Dan hujan malam itu, yang biasanya aku suka bercerita tentang kamu lewat rindu, kini aku hanya bisa menikmati dengan sendu.
Meski sisa-sisa rasa tentang mu masih ada, bukan berarti membuat rasa itu pantasa aku pertahankan.
Buat apa ? Jika hanya membuat perih.Â
Biarkan hujan malam ini dan hujan-hujan yang akan turun seterusnya mengajariku untuk melupakan bagaimana caranya untuk merindu.
Berulang kali aku merindu kepada seseorang yang berbeda, tetap saja waktu menjawabnya dengan hampa luka.
Aku tak membenci perpisahan yang membuat seluruh rindu yang ku jaga berakhir semu.
Hanya saja aku terkadang belum siap menahan perihnya apa yang ditinggalkan setelah perpisahan.
Mengingat cerita-cerita dari kamu dan kamu, tentang cincin, tentang lelaki lain dan keluarganya.Â
Tentang saat kamu bilang iya, padahal hati mu ada lelaki lain.Â