Mohon tunggu...
Makruf_Alkarkhi
Makruf_Alkarkhi Mohon Tunggu... Guru - Menulis membuat bahagia

Hidup sederhana, Layaknya Hujan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Akhir Rindu di Rumah Hantu

27 Agustus 2019   10:18 Diperbarui: 27 Agustus 2019   10:33 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Demi rencana ku. Di tempat yang sudah ku rencanakan aku memisahkan diri dari Farida, membiarkan Farida berjalan sendiri, bahkan sesekali aku mendengarkan teriakan, iya itu teriakan dari Farida yang ketakutan.

 Dan mecari-cari ku dengan memanggil-manggil namaku. Dengan pakaian yang menakutkan, tentunya aku sudah merencanakan ini dengan petugas pemilik rumah hantu ini. Aku muncul dengan di iringi asap dan jeritan menakutkan di depan Farida. Ku dengar jeritan pelan Faridan dan menutup wajahnya dengan kedua tangnnya. Di sangat ketakutan.

"Farida, Lihatlah kedepan" suara dari pengeras suara yang berada di sekitar lorong kami berdua berada. Saat ia melihat kedapan menyalalah lampu yang bertuliskan Farida Will You Marry Me. Seketika ruangan kami berdua berada menyala terang, terlihat bunga-bunga indah warna-warni menghiasi dinding rumah hantu.

Terdngar tangis  sedu  sembari kedua tangannya menghapus air mata yang keluar dari kedua ujung matanya. "Farida, aku tak tau dengan kata apalagi untuk menyampaikan rasa yang telah lama ku pendam ini kepada mu, kecuali Maukah kamu menikah dengan Ku, Farida" dengan setangkai bunga mawar merah dan setangkai mawar biru ku acungkan di depannya. Farida masih menangis sedu di depan ku, dan akupun tak tau artinya. Apakah merasa terkejut atau itu sendu lantara masih merasa takut. "Farida, jika kamu menerima Rasa ku, maka ambilah bunga mawar merah dari ku ini, namun jika tidak. Ambilah bunga mawar biru".

Matanya masih terlihat sendu dan ia sudah bisa agak tersenyum melihat ku.

Di lihatnya kedua bunga yang berada di genggamanku. "Apapun pilihanmu  aku  kan menerima, sekalipun kamu menolak rasaku" kata ku kepada Farida yang tengah memandangi bunga.

Tangan kanannya mulai perlahan terangkat, memilih salah satu dari dua bunga yang ku genggam, sebagai jawaban iya atau tidak. Tak kusangka, Tangan itu pun memilih kedua bunga itu, namun ia kembalikan satu bunga yang berwarna biru. Aku pun tersenyum bahagia mengetahi jawaban dari Farida. "Aku memilih setangkai bunga mawar merah, agar pertemanan kita tetap menjadi teman seperti sebelumnya, tidak lebih" kata Farida dengan bijak.

Di rumah hantu inilah Rindu ku terjawab sudah. Dari seorang perempuan yang bijak dan usianya pun satu tahun di atas ku. Farida namanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun