Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Vandalisme Mencoreng Wajah Kota

12 Februari 2019   15:57 Diperbarui: 12 Februari 2019   17:41 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prilaku vandalisme akhir-akhir ini mulai menjamur. Tindakan tidak terpuji dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Mengabaikan kebersihan dan keindahan kota. Hasrat sesuai selera terpenuhi dan tinggalah pemandangan yang tidak elok untuk dipandang.

Aksi vandalisme kini masuk dan berkembang biak di Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur. Hal yang disayangkan, pelaku dari aksi ini adalah, orang -orang muda. Generasi yang mestinya menjadi garda terdepan dalam menggenjot pembangunan untuk perubahan di daerah.

Anak muda dengan segudang talenta, yang diharapkan berkontribusi dalam penciptaan keindahan kota, malah terjerumus pada prilaku  merusak, mengotori bahkan menghancurkan.

Aksi coret - coret di Kota Larantuka, tergolong "bejat". Bagaimana tidak, coretan menggunakan pilox, cat, kita temukan mulai dari  badan pelabuhan Larantuka, dinding bangunan di sekitar pelabuhan, dinding ruang tunggu. Di areal pertokoan, kita temukan di dinding warung makan, dinding pagar gereja katerdal, panggung seni taman kota, dinding pertokoan, di bak sampah, tiang listrik.

Tidak habis di situ, pada titik lain, coretan  itu kita temukan di tiang lampu merah, di permukaan aspal, dinding pagar sekolah, pada kios- kios kecil di pinggir jalan, di bengkel-bengkel, di trotoal, papan nama sekolah, hingga di dinding dan tempat duduk di Terminal Weri. Akumalasi aksi nyata yang buruk ini, telah mencoreng wajah kota. Menambah bopeng dan luka pada tubuh kota.

Aksi coret-coret sebenarnya bukan warisan leluhur. Juga tidak termasuk sebagai sebuah prestasi, tetapi saat ini sangat diminati. Apa tujuan dibalik semua ini...? Hanya oknum pelaku aksi ini yang tahu.

Mestinya kemampuan yang ada dimanfaatkan secara positif. Melukis gambar khas Kota Larantuka, Flores Timur. Misalnya simbol Kota Reinha, rumah- rumah adat, obyek wisata, gambar pahlawan daerah, juga kata kata motivasi yang membangkitkan gairah kerja dan kecintaan akan Kabupaten Flores Timur.

Apresiasi

Walau virus vandalisme terus berkembang, tidak mematikan kreativitas individu atau kelompok orang untuk peduli akan keindahan lewat aksi nyata penciptaan kebersihan kota.

Kelompok warga yang  menunjukan aksi peduli terhadap kebersihan lingkungan, salah satunya adalah Polisi Resor (Polres) Flotim. Secara bersama dan rutin mereka mencat rapih tembok pagar kantor mereka. Tidak satupun titik tulisan tertempel di tembok pagar setinggi 2 meter itu.

Lokasi kantor Polres Flotim yang berada persis di pinggir jalan utama Kota Larantuka ini memancarkan sinar keindahan itu. Andai saja, semua pagar, atau dinding pada tempat umum dicat, ditata rapih pasti menghadirkan kebersihan dan keindahan kota.

Solusi

Butuh ide kreatif yang tidak muluk-muluk dalam meningkatkan kebersihan dan keindahan kota. Salah satunya adalah Lomba Kebersihan antar Kelurahan, dimana salah satu syarat penilaian menjadi juara adalah kelurahan yang bersih tanpa coretan. Libatkan juga polisi tentara untuk suksesnya lomba dimaksud. Tentang kebersihan, dua korps ini sangat peduli.

Sosialisasi untuk membentuk kesadaran bersama, mesti terus digiatkan. Dapat dimulai dari lembaga pendidikan, acara pemerintahan, juga melalui mimbar rumah ibadat.

Kompetisi antar pelukis di daerah, penting diperhatikan untuk diadakan. Pada ruang inilah, mereka saling bertemu, berbagi ide dan shering pengalaman. Kelompok mereka inipulalah, yang dapat didorong untuk mengambil peran dalam mempercantik kota.

Peraturan Daerah (Perda) tentang larangan terhadap aksi vandalisme dan sangsi bagi yang melarang mesti dipikirkan. Jika di Singapura, membuang ludah sembarang saja didenda bahkan dipenjara, mengapa kita tidak mampu mengikuti jejak baik ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun