Danau Asmara, merupakan penyebutan lain dari Danau Waibelen. Â Terletak diantara Desa Waibao dan Desa Riangkeroko Kecamatan Tanjung Bunga Kabupaten Flores Timur.
Menurut legenda, Danau Waibelen (Wai : Air dan Belen: Besar/ luas) muncul atau terbentuk dari robohnya gunung dan membentuk kawah besar, yang terisi oleh air hujan.
Menurut penuturan Bapak Kanisius Kraeng Maran, Antonius Tuan Nitit, dan Matias Raja Koten yang ditemui di Riangpuho, Desa Waibao menuturkan, Penyebutan Danau Waibelen menjadi Danau Asmara terjadi sekitar tahun 1974.
Bermula dari kisah sepasang sejoli yang lagi dimabuk asmara nekat bunuh diri di tengah Danau Waibelen. Sepasang sejoli ini, Pria bernama Lio kelen dan Perempuan bernama Nela Kelen (kelen kaja).
Mereka masih memiliki hubungan keluarga, sehingga hubungan mereka  tidak direstui oleh kedua orang tuanya. Keduannya, berasal dari kampung yang sama yaitu Tengadei di Desa Waibao.
Dari hari ke hari perjalanan asmara sepasang sejoli ini tetap tidak direstui oleh kedua orang tua mereka. Mendapat penerimaan demikian, sepasang muda-mudi yang dimabuk asmara ini bersepakat bunuh diri di Danau Waibelen, tempat yang hampir setiap hari mereka kunjungi.
Kejadiaan bunuh diri yang dilakukan oleh Lio dan Nela terjadi dengan begitu cepat, karena peristiwa itu, tidak diketahui sama sekali oleh orang di sekitarnya. Padahal, kala itu untuk tempat di sekitar danau, selalu ramai oleh warga dengan aktivitasnya.
Menurut cerita, diprediksi, keduanya menyusuri jalan menurun ke danau pada jalan yang biasa mereka lewati bersama warga lain dari kampung Tengahdei, dan sebelum berjalan masuk dan menceburkan diri ke dalam danau, mereka beristirahat dan duduk di pinggir danau.
Terbukti dengan ditemukan sepucuk surat dari mereka berdua di pinggir danau yang dijepit di selah pohon tidak jauh dari tempat mereka bunuh diri. Dalam surat mereka menulis singkat. Tulisan itu berbunyi" Kalau Bapa Mama Mereka ingin mencari emas, maka carilah ke dalam danau"
Lio dan Nela mati dengan cara berjalan ke dalam danau dan menceburkan diri ke dalam pusaran danau. Mereka ditemukan mati mengenaskan di pinggir danau setelah tiga hari. Dengan pergelangan tangan keduannya terikat tali gebang. Lio terbaring kaku dengan muka ke bawah menghadap ke tanah, sementara tubuh Nela menengadah ke atas.
Sejak peristiwa tragis itu, danau Waibelen seakan berubah nama menjadi Danau Asmara. Warga Desa Waibao, bahkan masyarakat Kabupaten Flores Timur lebih sering menyebut Danau Waibelen dengan Danau Asmara hingga hari ini. Saat ini, di danau Asmara pada sisi tempat tengelamnya sepasang sejoli ini, ditandai dengan tumbuhnya, sebatang pohon kelapa di pinggir danau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H