Mengenal Kompasiana bermula dari membaca tulisan Buyung Gorantokan. Setiap hari, guru SMA Negeri Kualin Timor Tengah Selatan (TTS) dengan nama asli M.N. Aba Nuen, tidak pernah absen memublikasikan tulisannya pada Kompasiana, melalui Facebook. Ia dikenal sebagai salah satu penulis muda produktif milik NTT saat ini dengan segudang pengalaman menulis yang hebat.
Jujur, saya "gugup" dengan media Kompas. Sebuah media yang dikenal  sangat bergengsi milik Indonesia saat ini selain Tempo. Penulis yang karyanya tembus dan terpublikasi di Kompas, adalah penulis-penulis ternama. Dalam pemahaman ini, saya membatasi diri untuk tidak mencoba menulis di Kompasiana.
Waktu terus berjalan, Buyung Gorantokan terus menulis dan saya tidak pernah absen membaca tulisannya setiap hari. Beberapa artikel yang dipublikasi, bagi saya sederhana. Ia mengangkat pengalaman di lingkungan sekitar, juga mengulas isu-isu aktual yang diperbincangakan di medsos.Â
Suatu hari, hati kecil saya berbisik, "Kamu bisa menulis seperti Buyung Gorantokan di kompasiana.com. Coba dulu."
Atas bisikan inilah, mendorong saya untuk berani mencoba. Tepatnya di tanggal 3 Januari 2019, Pukul 19.49 Wita, saya menghubungi Buyung Gorantokan menayakan, perihal menulis di Kompasiana.
Berikut percakapan kami lewat WhatsApp:
Saya: Malam Bang, maaf menganggu. Mohon dapat memandu kami untuk belajar menulis di kompasiana. Makasih.
Buyung: Siap Ama. Sederhana sebenarnya. Daftar untuk dapatkan akun di laman kompasiana dulu, kalau sudah ada akun, baru bisa menayangkan tulisan
Saya: Saya sedang baca (terus mengulang) tulisan Ka Buyung. Syarat lain...?
Buyung: Hanya scan kartu identitas, KTP atau SIM untuk melengkapi data penulis Ama. Tidak rumit. Boleh mulai  coba daftar, kendala di mana baru saling kontak. Ajak lebih banyak teman-teman biar kita ada komunitas kompasianer Flotim/Adonara
Saya: Ok siap Bang. Saya coba malam ini.
Walau berhasil mendaftar, malam itu belum ada tulisan yang siap dipublikasikan. Tulisan pertama saya baru terampung dan di-publish pada tanggal 4 Januari 2019, dengan judul "Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Kamaholot".Â
Kaget bercampur bangga, tulisan perdana di kompasiana.com pada rubrik Sosial Budaya (Sosbud) dengan judul "Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot", terpilih menjadi Artikel Utama. Sebuah apresiasi yang melahirkan motivasi yang tinggi untuk menancapkan komitmen menulis, dan terus menulis di Kompasiana. Menjadikan media ini sebagai ruang menyalurkan gagasan dan pengalaman.
Sejak itu, setiap hari saya tidak pernah absen menulis di Kompasiana. Tepat ditanggal 31 Januari 2019, jumlah artikel yang saya tulis di kompasiana sebanyak 31 artikel. Kompasiana sudah menjadi buku harianku.
1. Lewotana, Perekat Persatuan dan Toleransi Orang Lamaholot (Sosbud/Artikel Utama)
2. Jatuh Cinta Pada Menulis, Sebuah Kebetulan (Hobi/Pilihan)
3. Kekuatan Foto Memantik Rindu dan Imajinasi (Hobi/Artikel Utama)
4. Kekerabatan dan Toleransi Tercipta di Jalan Literasi (Edukasi/Pilihan)
5. Legenda Danau Waibelen (Sosbud/Pilihan)
6. Buku Gratis Untuk Anak Negeri (Edukasi)
7. Gerakan Satu Guru Satu Taman Baca (Edukasi)
8. Mengenal Marsel Robot Melalui Buku "Ringkasan Kegelisahan di Aula Sejarah (Sosbud/Pilihan)
9. Menyapa Pantai "Ika Kote" di Flores Timur (Travel/ Artikel Utama)
10.Siswa SD Gagas Berdirinya Taman Baca (Edukasi/Pilihan)
11. Pentingnya Apresiasi terhadap Prestasi (Edukasi/Pilihan)
12.Asah Bakat di Alam Terbuka (Edukasi/Pilihan)
13.Debat Putaran Pertama, Ajang Adu Gagasan Capres Cawapres (Analisis/Pilihan)
14. "Saya Akan", Warnai Debat Perdana? (Analisis/Pilihan)
15. Rekam Debat Perdana Capres Cawapres (Analisis/Pilihan)
16. Memanfaatkan Gawai Secara Positif (Digital/Pilihan)
17. Kreasi Literasi di TBM Pelangi Agupena ( Edukasi/Pilihan)
18. Penulis Muda Berbakat Milik NTT Saat Ini, Bernama Saverinus (Humaniora /Pilihan)
19. "Wai Plati" Obyek Wisata Unggul Flores Timur (Travel/Pilihan)
20. Merawat Obyek Wisata, Tanggung jawab Bersama (Travel/Pilihan)
21.Jadikan Obyek Wisata Sebagai Pusat Rekreasi Keluarga (Edukasi/Pilihan)
22. Tunjangan Sertifikasi dan Profesionalisme Guru (Edukasi/Pilihan)
23.Ciptakan Ruang Kreasi Anak di Obyek Wisata (Edukasi/Pilihan)
24. Inspirasi di Taman Sekolah (Edukasi/Pilihan)
25. Mengapresiasi Penulis Cilik Flores Timur (Edukasi/Pilihan)
26. Peluang Usaha Orang Muda Flores Timur (Bisnis/Pilihan)
27. Kompas Adalah Wajah Indonesia (Edukasi/Pilihan).
28. "Manuk Tapo Sewut", Makanan Khas Lamaholot (Kuliner/Artikel Utama)
29. Olimpiade Guru Nasional, Ajang Kompetisi Bergengsi Untuk Para Guru (Edukasi/Pilihan)
30. Ajak Anak, Jaga Kebersihan Pantai (Edukasi/Pilihan)
31. Kompasiana Buku Harianku (Hobi/Pilihan)
Kompasiana telah melatih seorang penulis untuk tidak putus logika dalam menulis. Kompasiana tidak membiarkan penulis kehilangan ide. Sehari tidak menulis di Kompasiana rasanya ada yang masih kurang. Ibarat mengenakan pakian setiap hari, makan dan minum setiap hari, menulis di Kompasiana pun demikian. Tidak bisa dilewatkan.
Salah satu misalnya, menyebarkan ideologi atau ajaran tertentu yang melanggar hukum. Jika ditemukan tulisan demikian, redaksi akan langsung menghapusnya. Termasuk tidak diperbolehkan menggunakan foto milik orang lain dengan tidak mencantumkan sumber foto.
Hal menarik lain dari Kompasiana adalah redaksi turut memoderasi setiap tulisan yang masuk. Penulis dapat mengukur tulisan pada penilain redaktur. Apakah tulisan menjadi artikel utama/headline, atau pilihan. Tanpa dua penilain inipun, tulisan kita ter-publish di Kompasiana.
Tidak menunggu waktu yang lama, setelah memasukan naskah, memberi judul, kategori, label dan klik tayang, tulisan kita langsung ter-publish Kompasiana dan langsung dibaca oleh publik. Metode yang sangat membantu penulis pemula, meningkatkan kepercayaan dirinya.
Menulis di Kompasiana, dapat membentuk jejaring menulis dengan penulis hebat di Indonesia. Membaca tulisan mereka, saling mengapresiasi tulisan, juga saling berkenalan. Walau belum bertatap muka  secara langsung, ada kekeluargaan yang terbentuk di sana, lahir ikatan emosional.
Saran untuk sesama penulis pemula, mari sama-sama kita belajar dan berproses di Kompasiana. Media nasional yang membuka ruang untuk berbagi dalam dunia menulis. Caranya mudah. Masuk laman kompasiana.com, buatkan akun, siapkan tulisan dan foto, lalu publish.
Mulai menulis, dengan masuk ke laman kompasiana.com. Masukan email dan sandi. Klik login. Akan  muncul tampilan Kompasiana. Klik pada simbol berbentuk seperti ujung pulpen. Maka akan muncul akun pribadi kita.
Selanjutnya, klik di foto profil (bagian kanan atas). Pada bagian itu ada beberapa pilihan, klik pada bagian tulis artikel. Selanjutnya akan tampil seperti halaman blog. Ada pilihan kategori, judul, dan halaman naskah tulisan. Lengkapi semua bagian itu.
Pada bagian bawah, terdapat pilihan label, bisa diisi tiga kata represtasi dari tulisan. Mengakhiri tahapan ini dengan mengklik kata tayang, bagian kanan bawah.Â
Selanjutnya buka pada foto profil, tulisan sudah ditayang dan dapat baca oleh publik. Penulis juga bisa membaginya ke media sosial melalui akun Facebook, WhatsApp, Instagram, dan lain-lain.
Kompasiana kini sudah menjamur di kalangan guru-guru yang tergabung dalam wadah Asosiasi Guru Penulis Indonesia (Agupena) Cabang Flores Timur, NTT. Memanfaatkan media ini untuk berbagi gagasan.
Mereka diantaranya, Muhammad Soleh Kadir, Agussalim Bebe Kewa, Tobias Ruron, Alfius Sabon, Valentinus Wathon, As'yari Hidayah Hanafi. Mereka mampu mengarahkan untuk bergabung dan belajar bersama pada media Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H