Bagi Orang Lamaholot, "Manuk Tapo Sewut" tentu tidak asing. Makanan khas yang satu ini, memang nikmat di setiap lidah anak Lewotanah (sebutan untuk orang Lamaholot). Menyebut makanan khas ini, selalu membuat rindu setiap anak kampung di tanah rantau.
Dalam Bahasa Lamaholot, "Manuk" berarti ayam, "Tapo" ialah kelapa, sedangkan "Sewut" adalah campur. "Manuk Tapo Sewut" artinya, racikan daging ayam dicampur dengan kelapa parut.
Di banyak momentum kebersamaan orang Lamaholot, menu ini menjadi hidangan pilihan sekaligus rebutan. Makanan yang paling diharapkan ada dalam satu kesatuan hidangan pada saat makan bersama.
Memang jarang ditemukan dalam hajatan makan bersama yang sifatnya resmi. Makanan lokal Lamaholot ini biasa ditemukan dalam kebersamaan kekeluargaan di kampung atau di obJek wisata pantai saat warga berekreasi bersama.
Cara masak hingga menghidangkan makanan khas Lamaholot "Manuk Tapo Sewut" pun sederhana. Tidak memerlukan alat masak yang ribet. Dan tidak membutuhkan waktu yang lama dari proses masak hingga menghidangkannya.
Untuk memasak, kita membutuhkan beberapa bahan. Yang pasti pertama, seekor ayam. Pada umumnya, ayam yang diolah adalah ayam kampung. Berikut, kelapa yang sudah diparut, bawang merah, garam, daun kemangi, daun sereh, dan jeruk nipis.
Diupayakan, proses mencampur harus benar-benar merata hingga sari kelapa menyerap betul ke dalam daging ayam. Hal penting yang diperhatikan pada bagian ini adalah, takaran garam. Jika garam terlalu banyak, sangat mempengaruhi cita rasa daging. Sebaliknya, garam terlalu sedikit juga akan berpengaruh pada cita rasa daging ayam.
Cara makan, dan posisi duduk terbaik versi Anak Lamaholot adalah dengan bersilah di tanah. Tidak membutuhkan piring dan senduk. Hanya membutuhkan alas makanan menggunakan daun pisang.
Makanan yang cocok untuk menemani "Aanuk Tapo Sewut" adalah singkong rebus, pisang bakar atau rebus, mudu (sambal) dan tuak putih, yang disadap dari pohon lontar atau kelapa.
Racikan ayam tadi dihidangkan di atas permukaan daun pisang. Singkong rebus, pisang rebus, pisang bakar, sambal juga sama. Dihidangkan di atas daun pisang. Semua yang terlibat makan duduk melingkari daun pisang dan menggunakan tanggan kosong tanpa bantuan senduk. Ini sajian makanan istimewa untuk anak kampung. Sebuah pemandangan kekeluargaan yang sangat berkesan.
Bagi yang sudah menikmati sajian makanan ini pasti tidak akan pernah melupakan kenikmatannya. Sementara bagi yang belum menikmati, pastikan dirimu akan datang ke Tanah Lamabolot, di Kabupaten Flores Timur, Kabupaten Lembata dan di sebagian Kabupaten Alor, Provinsi NTT. Kami menunggu, dan kita buktikan kenikmatannya "Manuk Tapo Sewut".
Maksimus Masan Kian (Putra Adonara, tinggal di Kota Larantuka)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H