Komunitas Literasi SMP Negeri 1 Lewolema, di tahun 2018 berhasil menerbitkan buku perdananya berjudul "Mata Pena". Buku yang berisi kumpulan puisi dan cerita pengalaman anggota komunitas ini, lahir berkat rutinnya kegiatan literasi yang dilakukan diluar jam sekolah yakni setiap hari Selasa sore dalam setiap pekan.Buku ini pula, berhasil memecahkan rekor sebagai buku pertama, karya siswa di Kabupaten Flores Timur.
Rampungnya tulisan anggota Komunitas yang terdiri dari siswa SMPN 1 Lewolema ini, juga berkat rutinitas mereka mempublikasikan tulisan di Majalah Dinding (Mading) sekolah. Jika kegiatan literasi dijalankan setiap Selasa sore, perampungan karya dan publikasi di Mading dilakukan pada setiap Sabtu pagi di sekolah. Isi tulisan dalam buku sesungguhnya hanya memindahkan isi Mading yang terseleksi.
Karya Buku "Mata Pena" mendapat sambutan yang luar biasa, baik secara internal dari pihak lembaga, maupun eksternal dari orang tua wali dan pejabat di daerah. Buku yang ditulis oleh 30 penulis cilik SMPN 1 Lewolema ini mendapat apresiasi membanggakan.
Cetakan pertama 2018, sejumlah 200 eksmplar habis terbeli pada momentum peluncuran, 31 Oktober 2018 di Aula SMPN 1 Lewolema. Menariknya, 200 eksmplar itu diborong habis oleh pejabat nomor satu di daerah, pejabat nomor dua, Kepala Dinas PKO Flores Timur, dan Kepala Bank NTT.
Sumber : instagram/penerbit.kunfayakun
Bupati Flores Timur, Antonius Hubertus Gege Hadjon, walau tidak sempat hadir karena bertepatan dengan pelantikan Sekda, memesan 50eksmplar. Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, yang hadir meluncurkan buku "Mata Pena" membeli 50 eksmplar, Kepala Dinas PKO Flotim, Bernadus Beda Keda, membeli 50 eksmplar, dan Kepala Bank NTT, Christo Langkamau, membeli 50eksmplar.
Apresiasi nyata oleh pejabat daerah tidak hanya sampai disitu. Mikhael Bulet Ruron, Asisten III Setda Flores Timur, yang adalah putra Lewolema, membiayai pencetakan kedua sebanyak 100 eksmplar dari 300eksplar pada cetakan ke dua.
Pejabat yang membeli buku karya siswa adalah bentuk apresiasi yang paling nyata. Cara ini menjadi pilihan terbaik mengapresiasi penulis cilik. Anak-anak seusia SMP, yang karyanya dibeli oleh pejabat sekelas Bupati, Wakil Bupati, Kepala Dinas Pendidikan, memberi kebanggaan tersendiri.Â
Kesan yang tertanam dalam diri anak bahwa, karya yang mereka lahirkan tidak sia-sia. Manfaatnya langsung dirasakan baik oleh mereka secara pribadi maupun untuk lembaga.
Apresiasi pejabat daerah mendukung penulis cilik, menjadi bagian penting dukungan pemerintah terhadap gerakan literasi di daerah. Semangat menulis akan terus tumbuh saat dukungan nyata diberikan. Ada karya maka ada apresiasi. Pemerintah tentu tidak diam untuk setiap karya anak daerah. Hal baik yang mesti terus dipertahankan.
Iklim ilmiah di Kabupaten Flores Timur sedang mekar. Mulai tumbuh dan berkembang dengan ragam giat literasi. Gerakan dibangun oleh guru di sekolah, dan masyarakat di lingkungan lewat pendirian Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Tidak hanya itu, organisasi dan komunitas yang mengambil peran dalam gerakan literasi, jumlahnya dari waktu ke waktu meningkat.Â
Pelatihan menulis di kalangan siswa dan guru, penciptaan panggung kreasi  seni dan sastra untuk siswa, pendampingan dalam latihan jurnalistik, fotografi, menulis opini, karya ilmiah remaja, dan aktivitas lainnya bermuara pada upaya membudayakan gerakan literasi.
Membumikan literasi mesti menjadi gerakan bersama. Karena gerakan ini akan terlihat ompong, manakalah sebagian bergerak dan yang lain menjadi penonton. Semua elemen, mesti mengambil peran yang sama, saling menguatkan, dan mengapresiasi karya.Â
Gerakan luhur ini, tidak boleh dibebankan pada sekolah tertentu, guru tertentu atau hanya segitir komunitas. Karena jika kondisinya demikian, hasil dari gerakan literasi itu sendiri tidak menggembirakan. Butuh komitmen dan kepekaan bersama untuk berjuang dan memberi peran.
Sekian banyak mahasiswa yang tertahan di bangku kuliah, walau materinya sudah selesai diakibatkan oleh ketidakmampuan dalam menulis. Skripsi memang menjadi tugas akhir yang akan ditagih sebelum seorang mahasiswa meraih gelar sarjana.Â
Jika pengalaman menulis tidak dibiasakan sejak dini, maka bukan tidak mungkin banyak mahasiswa akan drop out diakhir semester. Kita tentu tidak mengharapkan kondisi seperti itu. Olehnya, gerakan literasi penting. Apresiasi terhadap penulis cilik perlu.
Kita juga berharap ke depannya, bentuk apresiasi pemerintah kepada penulis cilik bisa ditingkatkan. Hari ini pejabat daerah sudah membeli karya siswa. Besok, penulis cilik bisa mendapat beasiswa pendidikan dari pemerintah.
Chisto Langkamau, Kepala Bank NTT, awal tahun 2019, telah memberikan beasiswa pendidikan untuk anak-anak Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema sebanyak 15 orang. Bentuk apresiasi seperti ini akan memotivasi penulis cilik untuk terus menghasilkan karya.
Dan untuk Penerbit hebat, Kun Fayakun, terima kasih atas ketepatan waktu dan kedisiplin dalam membantu kami di daerah dalam urusan penerbitan buku.Semoga relasi baik ini tetap kita pertahankan untuk membantu penulis-penulis cilik dari daerah tumbuh, khusunya di Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tercinta ini.
(Maksimus Masan Kian/Penggagas Komunitas Literasi SMPN 1 Lewolema)
Lihat Pendidikan Selengkapnya