Kedua perlu adanya regulasi yang jelas. Penjabaran akan standar -- standar  seorang guru yang profesional dan penjabaran akan kebutuhan-kebutuhan guru yang terkategori ilmiah dan layak diadakan sesuai dengan ketentuan menggunakan tunjangan sertifikasi guru perlu dilakukan.Â
Hal ini penting untuk menegur guru, mengintropeksi dirinya, agar  kedepannya dapat memenuhi kebutuhan -- kebutuhan berdasarkan prioritas- prioritas belanja sesuai dengan batasan-batasan penggunaan uang sertifikasi, dalam meningkatkan profesionalitas guru.
Saat  evaluasi sudah rutin dan berjalan bagus, serta standar -- standar  untuk pengenaan kriteria guru profesional diperhatikan betul.
Maka, bukan tidak mungkin, pada suatu waktu nanti, perbedaan nilai nominal tunjangan sertifikasi tak lagi dilihat dari pangkat ruang dan golongan, Â melainkan dari tingkatan perkembangan kompetensi dan profesionalisme guru berdasarkan standar -- standar yang ditetapkan.
Ketiga, Budaya malu harus ada pada guru penerima tunjangan sertifikasi. Tak menyebutkan satu persatu, namun realita guru belum memiliki budaya malu saat  selisih atau tidak tepat sasaran  menggunakan atau memanfaatkan tunjangan sertifikasi  guru tersebut.Â
Uang sertifikasi digunakan untuk bangun rumah, hadapi pesta, belanja kebutuhan yang konsumtif, biayai sekolah anak, dan pemenuhan kebutuhan lainnya, adalah akumulasi dari prilaku yang tidak tepat dalam memanfaatkan uang sertifikasi.
Kondisi yang ada, Â kontradiktif dengan tujuan esensial dari program sertifikasi yang diberikan oleh negara kepada guru dan dosen. Di titik ini, negara perlu melakukan evaluasi.Â
Tidak untuk menghilangkan tunjangan sertifikasi guru, namun sebagai penertiban, agar tujuan dasar pemberian tambahan penghasilan ini bisa tercapai. Yakni, guru sejahtera dan berkompoten.
Guru harus merancang, apa harapan -- harapan atau hasil yang dapat diperoleh dari pemanfaatan uang sertifikasi. Disetiap realisasi uang sertifikasi, perlu ada planing membeli buku bacaan.Â
Jika tidak memiliki laptop, bisa dibeli. Berlanganan majalah dan koran, aktif mengakses internet, terlibat dalam organisasi pendidikan dan ilmiah lainya, dll.
Jika rutin menyisihkan  uang untuk membeli kebutuhan -- kebutuhan pendukung  kerja, dalam kurun waktu dua atau tiga tahun, masing -- masing guru baik di desa maupun kota di rumahnya akan kita temukan perpustakaan mini, media tempat mengupdate diri dan kemampuannya.