Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Gratis untuk Anak Negeri

11 Januari 2019   07:08 Diperbarui: 11 Januari 2019   07:40 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukti kepedulian dan perhatian Negara terhadap Gerakan Literasi salah satunya adalah layanan pengiriman buku gratis. Lewat program ini, buku dapat menjangkau,menyapa anak-anak negeri sampai di pelosok-pelosok desa.

Terobosan ini, tentu sangat membantu penggerak literasi dalam mengembangkan dan mengkreasikan    program kegiatan, baik di sekolah maupun di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dikelolah bersama masyarakat. Pengiriman buku gratis ke sekolah dan TBM secara langsung mengatasi kesulitan urgen dalam gerakan literasi yakni, keterbatasan sumber buku sebagai bahan bacaan anak.

Memang upaya yang ditempuh belum mampu menjangkau sekolah secara keseluruhan juga TBM secara keseluruhan di negeri ini, tetapi paling tidak program dimasa kepemimpinan Presiden Jokowi ini, telah menjangkau ratusan hingga ribuan TBM se-Indonesia. Buku yang disumbangan secara gratis sangat bermanfaat untuk menambah ilmu pe ngetahuan dan keterampilan anak, juga membentuk karakternya.

Tidak bisa kita pungkiri, ketersediaan buku bacaan non pelajaran di sekolah-sekolah sangat terbatas. Jangankan perpustakaan, sekian banyak sekolah masih merasakan kendala keterbatasan ruangan. Buku Mata Pelajaran yang wajib dimiliki oleh siswapun, masih menjadi kendala, apalagi mengadakan buku non mata pelajaran. Sekolah, jarang bahkan tidak ada program untuk mengadakan buku non pelajaran sebagai bahan bacaan siswa. 

Mari kita melihat pada sekolah-sekolah pelosok, mereka hanya melihat buku mata pelajaran yang dipegang oleh guru saat guru masuk memberikan pelajaran, selebihnya tidak!. Miris. Kondisi yang memprihatinkan. Jarang sekolah, memiliki ketersediaan buku yang lengkap. Jika buku pelajaran saja masih mengalami keterbatasan sana sini, bisa dibayangkan bagaimana dengan ketersediaan buku non pelajaran sebagai bahan bacaan anak.

Kondisi demikian, membuat anak tidak mencintai buku, sebab mereka tidak dekat dengan buku. Tidak didekatkan dengan buku sejak dini.

Buku gratis untuk anak negeri diharapkan terus bergerak menjangkau yang terisolir di pelosok,terlewatkan atau yang terlupakan. Kepala sekolah, guru diharapkan mengambil peran dalam membangun jejaring dan mempublikasikan informasi terkait kondisi sekolah juga kebutuhan siswa akan buku bacaan. 

Selain sekolah, masyarakat yang ingin mengambil peran dalam membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) juga bisa menciptakan jejaring dan mempublikasikan informasi terkait rencana pendirian TBM dan kebutuhan buku sebagai bahan bacaan anak.

Pengurus Pusat Forum TBM bekerjasama dengan Bindiktra Kemdikbud sedang melakukan pendataan TBM secara online, hasil dari pendataan tersebut akan dipakai sebagai Data Program Pengiriman Gratis melalui Pos Indonesia setiap bulan di tanggal 17. Untuk registrasi TBM, bisa  dibuka pada laman donasibuku.kemdikbud.go.id jika sulit melakukan registrasi silakan kirim email  ke : donasibuku@kemdikbud.go.id

Format Data, diantaranya, Nama TBM, Alamat Lengkap, (Nama Jalan, Nomor Rumah, RT/RW , Kelurahan/Desa, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Provinsi, Kodepos), Nama Kontak, Nomor Tlp/HP, Alamat Email, Tim akan membantu melakukan pendaftaran.

Andaikan setiap guru, masing-masing memiliki niat membangun satu (1) TBM di kampung atau desanya masing-masing, apa yang terjadi?
Anak akan memiliki banyak waktu untuk belajar selain di lembaga pendidikan formal. Untuk hal ini, butuh kerelaan dan kepedulian bersama. Tidak mengkalkulasi untung rugi secara materi.Mari bekerja secara swadaya dan sukarela untuk anak bangsa.

Hemat penulis, literasi itu adalah gerakan. Ada aksi nyata menghidupkan budaya membaca dan menulis.Literasi tidak sebatas pada tataran wacana, tidak sekedar retorika, juga tidak habis didefenisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun