Mohon tunggu...
Maksimus Abi
Maksimus Abi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi, Widya Sasana, Malang

Pernahkah kita melupakan kenanagan? Tetapi kita telah melupakan Tuhan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Melepas Duka: Meraih Damai

7 Oktober 2022   00:20 Diperbarui: 7 Oktober 2022   00:25 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam yang penuh misteri

Lorong jalan yang kutempuh tanpa arah

Langkah demi langkah kaayunkan

Tiada terasa aku mengambang entah kemana

Hati kelam penuh nestapa

Melihat jiwa yang kian naas

Bergelimpangan dipelataran bumi netraku

Membius diri dengan pelukan duka

Dikala fajar menjemput siang kudapatkan rona pesona mentari 

Malam yang pekat akhirnya berlalu

Langkah yang taktentu arah menemukan jejaknya

Nyanyian merdu angin selatan menyejukan hati

Goresan-goresan aurora menghias langit sanubari

Menyusup dalam kisi-kisi hati

Merambat dalam sukma 

Menggelora dalam batin 

Derap langkah kian menjejak

Menapaki arah nan tujuan

Menghempas lara samudera duka

Menggapai tanah harapan damai dihati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun