Mohon tunggu...
Maksimus Abi
Maksimus Abi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi, Widya Sasana, Malang

Pernahkah kita melupakan kenanagan? Tetapi kita telah melupakan Tuhan!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Duka adalah Dilema Hidup di Dunia

31 Agustus 2022   21:50 Diperbarui: 31 Agustus 2022   22:05 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutelusuri lorong buana 

Yang penuh liku dan nestapa

Langkah demi langkah terus kuayun

Mematri jejak walau terkadang bak di atas lautan

Angin selatan bertiup kencang

Menyusul samudera cinta yang kian surut

Membawa pergi asaku

Tersapu gelombang hasratku yang taktentu

Sang resi mengobral visi

Menggugah hati yang kian sepi

Meratap hasrat yang membabi buta

Memaksa dunia mengikutinya

Angin selaksa membawa kabar

Duka itu realitas dunia

Mewarnai hidup setiap insan

Menuju keabadian yang takpasti

Teruslah berjuang mengarungi samudera 

Walau diterpa gelombang nestapa

Walau dunia menjadi duka

Harapan baru harus tetap ada

Walau dunia itu duka 

Dukaku takkan mendunia

Kini aku sadar hasratku 

Menjadi kunci mengubah duniaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun