Harus  Shifting,  Bila Tidak Jadi Dinosaurus
BILA berbicara generasi digital dan milienial maka erat kaitannya dengan era disruption. Saat ini memang era disruption.  Menurut Clayton Magleby Christensen, dosen dan pakar bisnis  The Kim B. Clark Professor of Business Administration at the Harvard Business School of Harvard University,  disruption adalah inovasi yang mengakibatkan cara-cara lama berakhir.
Menurut Prof. Rhenald Kasali, dalam bukunya "Disruption", adalah  dunia bisnis konvensional berlawanan dengan bisnis internet thing yang silence dan mendadak being giant.
Lawan bisnis internet thing tersebut tidak terlihat. Tapi tahu tahu  mereka sedemikian besar. Bahkan amat sangat besar. Mereka langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara online, melalui smartphone. Para pemain lama (incumbent) tak bisa mendeteksi karena lawan-lawan berada di luar jangkauan radar mereka.
Untuk bertahan di era disruption ini, maka pemain lama akan melakukan disruptive pada bisnis mereka sendiri. Telkom misalkan mulai menggantikan bisnis lama fixed line dengan fiber optic. BUMN ini juga  bekerjasama dengan PT Angkasa Pura 2 membangun platform smart airport, mengembangkan sendiri UseeTV yang mendisrupsi bisnis TV kabel.
Bagaimana taksi Bluebird yang besar bisa kalang kabut dengan kehadiran taksi online Gocar milik Gojek dan Grab. Dan, Gojek yang merupakan plat form transportasi online sampai saat ini juga tidak memiliki armada sepeda motor atau mobil dalam jumlah besar seperti layaknya blue bird.
Karena Gojek bukan perusahaan transportasi tapi hanya platform bisnis transportasi di mana mempertemukan pengguna dengan alat transportasi yang dimiliki individu masyakat pemilik kendaraan.
Karena itu Bluebird supaya tidak terlindas bisnisnya melakukan shifting. Bluebird bekerjasama dengan Gojek melalui Gocar. Karena itu bila Anda ke bandara dan klik Gocar maka yang muncul terkadang taksi Bluebird dan tarifnya harus mengikuti ketentuan Gocar. Shifting.
Dalam bisnis disruption, sudah biasa diawal bisnis, pengusaha akan promosi besar-besaran memperkenalkan  bisnis platformnya.Â
Saat ini, bisnis platform yang tengah bakar-bakar uang antara lain Halodoc. Selain konsultasi dokter, bisnis ini juga memiliki jasa pengambilan obat di rumah sakit dan diantar secara gratis,
Pasien-pasien BPJS biasanya antre pengambilan obat di apotek rumah sakit cukup lama. Halodoc melihat peluang tersebut. Â Halodoc mempertemukan pasien dengan apotek.
Jadi para pasien setelah diperiksa dokter, mereka segera ke booth Halodoc untuk meminta resp obatnya diambilkan dan diantar ke rumah. Â Booth Halodoc bertuliskan " halodoc. Tanpa Antre, Obat Diantar ke Rumah, GRATIS!" dengan warna merah menyala.
SPG Halodoc mendata pasien dan meminta resepnya. Tunggu saja, besoknya obat pasien diantar Halodoc memakai jasa Gojek ke rumahnya. Menariknya semuanya gratis.
Platform ini mencoba membiasakan pasien menggunakan jasanya dengan gratis entah sampai berapa lama. Bila nanti pasien merasa ketagihan, maka halodoc bisa jadi akan mengenakan tarif. Promo halodoc ini, saya temui di RSI Siti Hajar, Jl R. Patah No.70-72, Â Sidoarjo, Â Jawa Timur.Kemungkinan di rumah rumah sakit lainnya di Jawa juga ada promo serupa.
Dalam seminar Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) 2019, pada 5 Desember 2019 Grand City Mall, Surabaya, Prof. Rhenald  juga  mengatakan bagaimana ciri-ciri bisnis disruption. Layanan bisnis, simpler (lebih sederhana), cheaper (lebih murah) sharing resource, accessible (lebih terjangkau), faster (lebih cepat), dan banyak hal yang oversupply dan kadaluarsa.
Bagaimana solusi menghadapi disruption era:
1.Shifting. Bisnis lama harus bergabung dengan platform untuk menjadi produk layanan baru.
2.Eksploitasi yang lama, namun juga harus eksplorasi.
Jangan puas dengan kejayaan bisnis lama di era disruption. Bila pengusaha tidak sadar dan hanya bangga akan kekuatannya sendiri tanpa eksplorasi, dipastikan bisnisnya akan tenggelam.
3. Investasi SDM dan peremajaan alat-alat dan lainnya.
Disarankan peremajaan SDM. Jadi perusahaan rekrut tenaga-tenaga muda milenial yang sudah familiar dengan internet dibandingkan orang tua.
4. Jaga likuiditas dan jangan over asset.
5. Belajar lagi pada hal-hal yang baru.
Di dalam era disruption, maka dunia perbankan harus mendisruption dirinya sendiri. Maka muncullah jasa keuangan online atau FinTech. Bagaimana peluang FinTech di Indonesia. Ternyata sangat besar sekali.
Sementara itu, Direktur OVO, Johny Widodo, yang juga pembicara dalam seminar SSEF 2019 tersebut memaparkan opportunity and challengges FinTech di Indonesia.
Berikut opportunity-nya. Fakta, Indonesia memiliki populasi terbesar ke empat dunia (265 juta), kelas menengah di Indonesia meningkat dua kali sebelum 2030, GDP/capita naik 60% by 2030, Urban pop (anak-anak milenial) naik 30% by 2030. Buktinya, pengguna internet sekitar 133 juta, mobile subscription sekitar  370 juta, sekitar 90 juta active mobile social users. Affordable mobile data (mobil data harga terjangkau) (50% from peer ASEAN). Expected e-commerce boom sekitar USD 40 triliun by 2022. Digitally active consumers dalam populasi bank tumbuh lebih cepat di Asia dan akan tumbuh dua kali lipat dalam empat tahun ke depan.  Nomor satu negeri  yang paling banyak download  finance apps.
Bagaimana challenges atau tantanganya?  Tantangan ini terkait fakta yang terjadi di lapangan sampai saat ini. Masih banyak orang belanja offline dan
pembayaran tunai. Banyak kartu-kartu pelanggan. Â Banyak dan terlalu sering mengunjungi bank offline. Sehingga di bank banyak terjadi antrean.
Di era disruption seharusnya ini tidak boleh terjadi dan ini peluang untuk dipecahkan bagaimana mengatasinya dengan simple way. Bank-bank incumbent tidak siap melakukan shifting ke digital.
 Banyak start up dibangun tapi hanya fokus pada pembayaran, tapi pelayanan keuangan yang lain masih banyak dan belum tergarap. Tinggi peraturan  pemerintah--menghalangi laju disruption. ''Infrastuktur di Indonesia masih berkembang dibanding negara tetangga,'' kata Johny Widodo yang mengaku jarang sekali berkunjung ke bank.
Dari paparan peluang dan tantangan di atas terkait era disruption, Bank Tabungan Negara (BTN) apakah sudah siap di disruption era? Saya melihat di web resmi BTN, www.btn.co,id produk yang ditawarkan antara lain KPR Bersubsidi, Kring BTN,Kartu Suka dan Internet Banking.
Kring BTN
Solusi ekstra untuk berbagai kemudahan kebutuhan nasabah. Berbagai pilihan dengan solusi ekstra untuk kemudahan memiliki properti idaman nasabah, Kredit Ringan BTN ditujukan untuk mempermudah nasabah miliki hunian idaman dengan cicilan yang ringan tanpa agunan.Kredit ini dengan cicilan ringan untuk karyawan perusahaan/instansi tanpa agunan, hanya dengan mengajukan SK pegawai
Keunggulan lainnya, dana tunai s.d. Rp500.000.000,00. Suku bunga kompetitif dan tetap.Tanpa agunan. Jangka waktu sangat fleksibel s.d. 15 tahun. Perlindungan asuransi jiwa. Cicilan yang semakin ringan jika gaji telah menggunakan fasilitas BTN Payroll
KPR BersubsidiÂ
KPR untuk Keluarga Indonesia yang Sejahtera. Â Program ini untuk pemilikan rumah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia yang ditujukan bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan suku bunga rendah dan cicilan ringan untuk pembelian rumah sejahtera tapak dan rumah sejahtera susun. Keunggulannya,uang muka ringan mulai dari 1%. Suku bunga 5% tetap.
Jangka waktu hingga 20 tahun. Subsidi bantuan uang muka sebesar Rp4juta rupiah* (khusus rumah tapak). Bebas premi asuransi dan PPN. Jaringan kerjasama yang luas dengan developer di seluruh Indonesia
Kartu Suka Suka
Kartu Suka-Suka merupakan Kartu Debit Bank BTN dengan desain yang berbeda dengan yang lain. Desain kartu dapat diupload sendiri oleh nasabah sesuai dengan keinginan nasabah Nasabah hanya ke kantor cabang. Minta costomize kartu debit sesuai dengan keinginannya. Proses yang cepat dan mudah, tinggal upload
Internet BankingÂ
Internet Banking berfungsi sebagai solusi perbankan dengan cara yang praktis aman dan nyaman dengan internet, hanya nasabah daftarkan diri melalui mesin ATM BTN atau menghubungi Customer Service Kantor Cabang Bank BTN bagi nasabah perseorangan
Masukan
Hanya dua produk yang menurut penulis kaum milenial tertarik  dan masuk kategori produk disruption. Dua produk tersebut Kartu Suka-Suka dan Internet Banking.
Kartu suka-suka yang didesain customize sesuai keinginan pelanggan. Seperti diketahui, era disruption adalah era selfi juga dan tercatar sekitar 90 juta pengguna social media. Mereka kaum muda suka selfi di FB atau IG.
Karena suka selfi itu tentu mereka kerap memuja wajah atau penampilannya sendiri. Seharusnya tidak terbatas pada dunia maya tapi juga dunia nyata. Kalau tokoh partai politik  juga nampang di baliho. Mengapa kaum milenial tidak bisa?  Peluang itu ditangkap BTN dengan membuat Kartu Suka-Suka yang memuat foto selfi pengguna. Harusnya persyaratan memiliki kartu tersebut lebih mudah dan terjangkau--itu seperti disyarat Prof, Rhenald Kasali.
Kedua, produk internet banking.  Namun produk itu sudah umum.  Karena semua bank sudah memilikinya.  Produk internet banking menurut saya masuk generasi economic 3.0.Sekarang eranya economic 4.0. Produk tersebut harus disruption. Bank bisa mengajak kerjama dengan platform OVO atau yang lainnya untuk memperbarui layanannya.
Jadi bagaimana bank menyediakan wallet online. Â Jadi tinggal top up dan pembayaran via wallet tersebut. Â Cukup simple.
Tool atau alat satu-satunya disruption era adalah smartphone atau HP. Bila suatu bisnis itu pelayanan cukup melalui HP, maka bisnis tersebut sudah siap bertarung di era disruption.  Cukup menyentuh layar smartphone semua urusan perbankan beres semua. Itu FinTech yang sebenarnya.
Dulu, untuk membeli makanan, kita harus keliling pakai motor atau mobil mencari warung atau restoran. Tapi sekarang, pembeli duduk-duduk di rumah tinggal klik Gofood, pembayaran via  Gopay, sudah tunggu sekitar 10 menit, makanan sudah dikirim oleh Gojek. Tanpa buang waktu, nyaman dan kita bisa menggunakan waktu kita untuk yang lain.
Jadi bila kita masih mengunjungi kantor bisnis itu melakukan urusan adminitrasi dan antree berjam-jam--ini masih bisnis konvensional. Bisnis dinosaurus yang sebentar lagi dilumatkan oleh meteor meteor besar bisnis disruption.
BTN yang sudah berusia 69 tahun merupakan organisasi bisnis yang sudah matang.  Malcolm Gladwell, dalam bukunya Outliers, mengatakan orang dikatakan pakar bila sudah menggeluti bisnisnya minimal 10 tahun.  Dipastikan BTN  sudah tahu  the ways of bussiness di era disruption seperti saat ini. Yang patut dihindari jangan berpuas diri, terus belajar  atau eksplorasi mencari hal-hal yang baru dan selalu waspada. BTN pasti bisa.(makrufmochamad2@gmail.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H