Mohon tunggu...
Makruf Hidhayanto
Makruf Hidhayanto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar berekspresi melalui sebuah tulisan. Media ini sebagai sarana berbagi ide, pikiran serta hal yang saya rasakan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Dwiminggu: Refleksi Pembelajaran Coaching untuk Supervisi Akademik dan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

19 April 2023   10:44 Diperbarui: 19 April 2023   10:50 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan guru penggerak yang saya ikuti, pada tahapan ini sampai penyusunan "jurnal refleksi dwimingguan". Kali ini saya akan merefleksikan materi yang telah saya pelajari pada modul 2.3. Coaching Untuk Supervisi Akademik dan modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.  

Model penyusunan jurnal refleksi yang akan saya terapkan adalah (4C) Connection, challenge, concept, change. Model ini dikembangkan oleh Ritchhart, Church dan Morrison (2011). Model ini cocok untuk digunakan dalam merefleksikan materi pembelajaran. Ada beberapa pertanyaan kunci yang menjadi panduan dalam membuat refleksi model ini,

Connection: Apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran Anda sebagai Calon Guru Penggerak?

Pembelajaran modul 2.3. yang saya ikuti membahas demontrsasi kontekstual, elaborasi pemahaman/ koneksi antar materi. Sedangkan, pada modul 3.1. saya mengerjakan pretest paket modul 3, mulai dari diri dan eksplorasi konsep. Sebagai seorang calon guru penggerak,saya harus mampu mempraktikkan coaching. Pada kesempatan tersebut, saya berperan sebagai coach, coachee dan pengamat. Perlu dipraktikkan berulang-ulang agar keterampilan coaching bisa saya miliki sehingga alur tirta dapat benar-benar memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee. Pada materi modul 3, kegiatan pembelajaran di awali dengan pretest dan dilanjutkan mulai dari diri/ eksplorasi konsep. Saya benar-benar baru terpahamkan setelah membaca materi ini. Ternyata dalam pengambilan keputusan ada tekniknya tersendiri dengan memperhatikan paradigma, prinsip dan langkah-langkah penyelesaian pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Challenge: Adakah ide, materi atau pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang Anda jalankan selama ini?

Berdasarkan pembelajaran bersama narasumber (teman sejawat, PP, fasilitator dan instruktur) pada modul 2.3 dan pemahaman di modul 3.1 yang saya ikuti, tidak ada perbedaan dari praktik yang saya jalankan. Namun, sebelum saya mempelajari modul ini, banyak ide yang tidak sesuai dengan penjelasan dari narasumber. Sebagai contohnya ketika saya diajak "curhat" oleh teman sejawat terkait permasalahan pembelajaran, saya cenderung "menguasai" diskusi tanpa menggali informasi lebih dalam dari teman sejawat, artinya saya belum menerapkan proses coaching dengan baik, belum mampu menjadi pendengar yang aktif dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot.

Concept: Ceritakan konsep-konsep utama yang Anda pelajari dan menurut Anda penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak?

Konsep-konsep utama yang telah saya pelajari dan penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak adalah terkait dengan kemampuan coaching. Sebagai seorang coach dan pemahaman tentang materi pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi saya mencoba menerapkan di kelas. Pembelajaran modul ini, secara kesadaran penuh saya terlibat langsung dalam belajar mempraktikkan sebagai seorang coach, coachee dan pengamat. Praktik tersebut memberikan gambaran kepada saya tentang pentingnya penguasaan alur TIRTA serta 3 kompetensi inti yang harus dipahami, diterapkan, dan dilatih secara terus menerus saat melakukan percakapan coaching kepada coachee, yaitu: 1) kehadiran penuh (presence); 2) mendengarkan aktif (menyimak); 3) mengajukan pertanyaan berbobot. Emosi yang saya rasakan dalam menelaah materi dan mempraktikkan proses coaching membuat saya gembira sehingga saya bisa aktif pada uang kolaborasi maupun demonstrasi kontekstual.

Peran guru di sekolah membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan akademik murid. Guru bertanggung jawab untuk memastikan pembelajaran berdiferensiasi dapat terlaksana untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap murid. Upaya untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan mengembangkan keterampilan sosial, emosional ini dapat berkolaborasi dengan teman sejawat. Maka, coaching dapat menjadi alternatif dalam menemukan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Diperlukan Latihan berkesinambungan agar keterampilan kompetensi coaching dapat terasah. Hal inilah yang harus saya perbaiki. Salah satu kompetensi coaching yang akan saya perbaiki dan saya kembangkan adalah kemampuan dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot. Pertanyaan berbobot ini akan mampu menggali permasalahan seorang coachee dan dapat membantu coachee dalam menemukan ide/ solusi yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Pada modul 3.1. saya baru melakukan eksplorasu konsep secara mandiri. Pada materi ini saya mendapatkan banyak pembelajaran bermakna, diantaranya tentang paradigma, prinsip dan langkah-langkah penyelesaian pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin. Nilai-nilai inilah yang tetap dipegang dan dilaksanakan seorang guru penggerak.

Change: Apa perubahan dalam diri Anda yang ingin Anda lakukan setelah mendapatkan materi pada hari ini?

Perubahan dalam diri saya yang ingin saya lakukan setelah mendapatkan materi 2.3 dan 3.1 adalah mengimplementasikan kemampuan coaching dan kemampuan dalam pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin.

Melalui supervisi akademik dapat meningkatkan kualitas guru dalam kegiatan pembelajaran yang berpihak pada murid. Supervisi akademik melalui proses coaching menerapkan tiga prinsip yakni asas kemitraan, proses kreatif dan peningkatan potensi. Berdasarkan pengalaman kegiatan pembelajaran yang pernah saya lakukan, murid lebih suka belajar sesuai dengan minatnya serta berkolaborasi dengan teman sejawat. Walaupun, masih ada beberapa murid yang belum aktif dalam kegiatan diskusi di dalam kelompok.

Berdasarkan pengalaman di atas, maka penerapan di masa mendatang saya akan memanfaatkan smart phone sebagai media pembelajaran. Implementasi yang dapat saya lakukan adalah dengan menyajikan bahan ajar, materi, lembar kerja peserta didik (LKPD) dalam google site yang saya beri nama "Sinau".Melalui praktik baik yang saya lakukan dengan membuat media pembelajaran "sinau" yang saya rancang diharapkan dapat menjadi solusi terhadap gaya belajar murid sehingga media pembelajaran ini dapat menjawab kebutuhan belajar murid.

Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP dapat saya peroleh berbagai sumber belajar untuk mempelajari coaching dalam supervisi akademik. Seperti eksplorasi media online; praktik baik instruktur/ fasilitator, pengajar praktik, teman sejawat dan lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun