Mohon tunggu...
Makruf Mukti Ali
Makruf Mukti Ali Mohon Tunggu... Freelancer - Data Enthusiast, HR Development Analyst

Seorang Sarjana Sistem Komputer dan Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengenal Swarm Leadership dari Sekumpulan Lebah

30 Mei 2024   12:11 Diperbarui: 30 Mei 2024   12:23 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model Kepemimpinan Lebah (sumber: ilustrasi gambar oleh penulis)

I. Pendahuluan

Laju perkembangan teknologi yang semakin cepat saat ini telah memberi dampak yang besar terhadap organisasi maupun struktur yang melingkupinya. Organisasi dihadapkan pada tantangan yang beragam. Kecepatan beradaptasi dan berinovasi mutlak diperlukan organisasi untuk menjawab persoalan-persoalan yang semakin hari semakin kompleks. 

Faktanya pengelolaan organisasi yang biasa-biasa saja dan praktek manajemen dengan sistem tradisional berimbas pada perkembangan organisasi, pertumbuhan kemajuan cenderung stagnan hingga parahnya menyebabkan mati suri. Salah satu kunci pembuka organisasi dapat beroperasi secara berkelanjutan adalah landasan berpikir organisasi yang komprehensif dan maju akan membawa perubahan pada manajemen organisasi yang lebih adaptif dan kekinian.

Keberhasilan organisasi terjerat dari ancaman perubahan zaman tidak terlepas dari dua aktor penting dalam mengelola visi misi organisasi untuk mencapai tujuan yaitu pemimpin dan pengikut. Hal tersebut saling terkait dan tidak terpisah, keduanya saling melengkapi dan memiliki relasi untuk untuk menciptakan praktik kepemimpinan. Definisi organisasi menurut KBBI adalah kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu. 

Sementara pemimpin menurut staf dosen Balai Pembinaan Administrasi UGM diartikan sebagai orang yang melakukan kegiatan atau proses memengaruhi orang lain dalam suatu situasi tertentu, melalui proses komunikasi, yang diarahkan guna mencapai tujuan/tujuan-tujuan tertentu (Ensiklopedia administrasi). Sedangkan bawahan orang yang mendapat perintah dari atasan. Berdasarkan integrasi ketiganya maka makna kepemimpinan dipahami sebagai sebuah kegiatan memengaruhi dengan perintah untuk mencapai tujuan tertentu.

Pada prinsipnya model kepemimpinan yang tepat sangat dibutuhkan dalam menjalankan roda organisasi agar tetap melaju dan stabil terhadap kondisi apapun, melalui studi ini penulis berusaha mendeskripsikan model praktik kepemimpinan kawanan (Swarm leadership) pada manajemen organisasi masa kini.

II. Filosofi Lebah

Teori kepemimpinan yang berkembang memiliki banyak sekali model, salah satu yang baru adalah model kepemimpinan swarm leadership. Secara analogi kepemimpinan lebah dapat diartikan sebagai kepemimpinan kawanan yang mengacu pada karakteristik sekumpulan hewan saat mereka berinteraksi. Seperti kita ketahui bersama, lebah merupakan hewan yang cukup menarik untuk diamati. Secara filosofi lebah merupakan hewan koloni yang hanya mempunyai satu pemimpin yaitu ratu lebah. Selain lebah ratu masih terdapat lebah petarung dan lebah pekerja. Dari ketiga jenis lebah tersebut berdasarkan tugas dan fungsinya dalam koloni maka interaksi yang terjalin diantara ketiganya dijelaskan sebagai berikut:

  • Lebah ratu bertugas memproduksi lebah berikutnya dan mengatur tugas lebah petarung dan lebah pekerja
  • Kepatuhan lebah pekerja dan lebah petarung atas instruksi yang diberikan lebah ratu
  • Pola komunikasi yang terjalin tidak bersifat hirarki, lebah pekerja bisa langsung berkomunikasi dengan lebah ratu tanpa harus izin kepada lebah petarung ataupun sebaliknya
  • Lebah petarung bertugas menjamin sarang tetap aman dan memberikan perlindungan kepada lebah lain terutama lebah ratu terhadap ancaman dari untuk keberlangsungan hidup koloninya
  • Insting lebah pekerja dalam membangun sarang dan mengumpulkan makanan bagi koloni tinggi
  • Ratu lebah menjelang akhir kehidupannya akan kehilangan pancaran feromon (aroma), sehingga dia dianggap koloninya sebagai penyusup dan akan dibunuh oleh lebah petarung.

III. Swarm Leadership dalam Konteks Kepublikan

Pada dasarnya didalam kepemimpinan publik terdapat tiga aktor utama yang saling utama yakni terdiri dari pemimpin, bawahan dan masyarakat. Pola interaksi kerja yang terjadi apabila menerapkan model kepemimpinan lebah maka dapat digambarkan sebagai berikut:

  • Pemimpin publik melahirkan generasi baru dengan jalan memberi motivasi dan inspirasi kepada bawahannya
  • Kepatuhan bawahan terhadap pimpinan dalam konteks bekerja dimaknai dengan menjalankan instruksi sesuai dengan pembagian tugasnya
  • Pola komunikasi yang terjalin antara ketiganya (pemimpin, bawahan dan masyarakat) tidak bersifat hirarki. Maksud dan tujuan dari hal tersebut adalah pembentukan demokrasi dari manajemen publik dan nilai publik berlangsung secara terbuka
  • Bentuk loyalitas bawahan terhadap organiasi, subyek vertikal dan horizontal dan obyek pekerjaan begitu tinggi. Tingkat kepercayaan yang tinggi menyebabkan ketiga aktor publik tersebut merasa memiliki organisasi.
  • Karakteristik bawahan yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap pekerjaan membuat dia dapat mengambil keputusan yang menurutnya baik bagi organiasi. Kekuatan instingnya dalam bekerja membuat pemimpin tidak ragu memandatkan pekerjaan dan menentukan keberhasilan organisasi.
  • Apabila pemimpin dalam mencapai goal organisasi berbelok arah dan tidak sejalan dengan visi misi organisasi maka kepercayaan yang diberikan oleh bawahan dan masyarakat terhadapnya seketika itu hilang dan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

Dampak pada organisasi jika kepemimpinan sektor publik menerapkan gaya kepemimpinan lebah maka motivasi dan inspirasi yang diberikan oleh pemimpin publik kepada bawahan menimbulkan kepempimpinan kepengikutan (followership) dimana tingkat kepercayaan yang tinggi pada bawahan terhadap kualitas kerja mampu menghasilkan manajemen pelayanan publik yang sesuai outcome.

IV. Contoh Kasus di Pemerintahan Desa

Secara ringkas dalam memahami teori kepemimpinan lebah pada sektor publik , penulis sajikan dalam konteks wilayah desa sebagai berikut: analogi kepala desa sebagai manajer publik, perangkat desa sebagai bawahan dan warga desa sebagai masyarakat. Warga desa menyampaikan aspirasi terkait alokasi dana desa melalui musyawarah desa atau melalui komunikasi pribadi secara langsung agar dalam menyusun kebijakan desa kepala desa dapat membuat skala prioritas pembangunan di desa. Berdasarkan pembagian tugas yang diberikan, maka perangkat desa bisa memastikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) diwilayahnya lancar dan tidak ada tunggakan, pelayanan administrasi kependudukan cepat, kegiatan sosial berlangsung baik dan seterusnya. Kepala desa juga memberikan motivasi untuk meningkatkan pelayanan publik pada perangkat desa. Ujung dari permasalahan diatas adalah pada proses pengambilan keputusan kepala desa tidak bisa serta merta menentukan kebijakan desa berdasarkan cara pandang pemikirannya (sentralistik).

V. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan lebah dalam organisasi publik dapat menggeser egosentrisme dimana pemimpin atau manajer publik dalam mengambil keputusan semata-mata bukan atas dasar pemikirannya melainkan melalui proses budaya kerja yang kolaboratif sehingga memunculkan lingkungan (ecosentrisme) publik yang baik antar kepentingan stakeholder (manajer publik, bawahan dan masyarakat).       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun