Tantangan Pemimpin
Persaingan global yang terjadi di tengah masyarakat dunia, menuntut tiap-tiap organisasi publik maupun swasta untuk bergerak secara dinamis dan beradaptasi dengan lingkungan yang makin kompetitif. Kemampuan seorang pemimpin dalam menjalankan roda kegiatan organisasi menjadi indikator dan tolak ukur keberhasilan dalam pencapaian visi dari organisasi tersebut. Kepemimpinan strategis dan pembelajaran organisasi dipandang sebagai dua kombinasi jalan yang tepat untuk menuju pada peta persaingan dunia, menurut (Ireland & Hitt, 1999) definisi kepemimpinan strategis adalah kemampuan seseorang untuk mengantisipasi, membayangkan, mempertahankan fleksibilitas, berpikir strategis, dan bekerja sama dengan orang lain untuk memulai perubahan yang akan menciptakan masa depan yang layak bagi organisasi.
Fenomena di atas dapat memberi pemahaman dan gambaran bahwa pemimpin strategis harus lebih jeli memanfaatkan peluang menjadi sebuah keuntungan dengan cara melakukan perubahan yang signifikan bagi keberlangsungan hidup organisasi. Selain itu, faktor yang tidak kalah penting dalam pencapaian visi misi dalam kontestasi persaingan global adalah peran pembelajaran organisasi sebagai pendukung keputusan yang diambil oleh pemimpin strategis untuk menyesuaikan pola perubahan yang diinginkan sehingga kebiasaan budaya belajar antar individu maupun kelompok serta organisasi dapat terbentuk. Sebagaimana dijelaskan oleh (Crossan, Lane, & White, 1999) kerangka pembelajaran organisasi merupakan proses yang dinamis dengan empat pentahapan yaitu, intuisi, interpretasi, integrasi dan institusi melalui proses pembelajaran individu, kelompok hingga organisasi dengan saling memberikan umpan maju dan umpan balik.
Kepemimpinan Strategis
Berdasarkan definisi-definisi tersebut proses penggabungan antara kepemimpinan strategis dengan pembelajaran organisasi diharapkan menjadi kunci penentu keberlangsungan organisasi agar tetap eksis dan berkembang. Selanjutnya (Ireland & Hitt, 1999) membagi praktik kepemimpinan strategis ke dalam 6 komponen sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dan visi perusahaan
Menetapkan tujuan dan visi yang jelas dan khas serta mudah dipahami, dalam pencapaian visi perusahaan peran karyawan sangat penting dalam keterlibatan aktif untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan.
2. Mengeksploitasi dan memelihara kompetensi inti
Menyusun strategi jangka panjang keunggulan kompetensi yang tidak dimiliki perusahaan lain dan peran manajemen teratas (top manager) untuk membagikan dan mengembangkan pengetahuan (knowledge sharing) guna meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Mengembangkan sumber daya manusia
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan untuk memenuhi potensi individu.
4. Mempertahankan budaya organisasi yang efektif
Pemertahanan budaya organisasi yang meliputi keputusan, tindakan, pola komunikasi, dan jaringan komunikasi yang dianggap sebagai keunggulan kompetitif.
5. Menekankan praktik etika
Komitmen tinggi terhadap norma perilaku: kejujuran, kepercayaan, dan integritas sebagai fondasi untuk keputusan mereka.
6. Membangun kontrol organisasi yang seimbang
Melakukan fungsi kontrol strategis melalui pertukaran informasi antara pemilik, manajer teratas dan karyawan.
Langkah pemimpin strategis yang harus ditempuh dalam menghadapi tantangan persaingan global pada abad 21 adalah:
- Berorientasi pada pertumbuhan organisasi daripada perampingan dan pengurangan biaya dan mampu bekerja sama dengan semua warga organisasi untuk menemukan cara untuk meningkatkan sumber daya yang ada, kemampuan, dan kompetensi inti perusahaan.
- Kolaborasi pengetahuan antar warga organisasi dan menjadikannya sumber keunggulan kompetitif organisasi.
- Meningkatkan kemampuan adaptif sumber daya manusia secara kolektif.
- Menerapkan budaya jujur, terbuka dan terus terang dalam interaksi sosial organisasi.
- Memprediksi kondisi dan tantangan kompetitif pada masa depan.
Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional dalam Pembelajaran Organisasi
1. Aliran pembelajaran
Proses pembelajaran organisasi dalam kegiatan eksplorasi (feed-forward) dan eksploitasi (feed-back) mengharuskan top manager melakukan praktik perilaku kepemimpinan transformasional dan transaksional (Vera & Crossan, 2004) dengan langkah sebagai berikut:
Pembelajaran feed-forward (umpan maju)
Top manager melakukan komunikasi efektif dengan berbagi pengalaman belajar kepada seluruh anggota organisasi untuk mendorong partisipasi individu dan kelompok.
Pembelajaran feed-back (umpan balik)
Rutinitas pembelajaran yang dilembagakan oleh top manager mendorong individu mengadopsi pembelajaran, memahami lingkungan perubahan dan meninggalkan kepentingan individu.
2. Stok pembelajaran
Pemimpin transformasional berfokus pada pengelolaan dan pelembagaan perubahan secara radikal dan merupakan kepemimpinan paling efektif dalam memperbarui produk, proses, dan struktur dengan menangkap pembelajaran individu dan kelompok yang sedang berlangsung, sedangkan pemimpin transaksional lebih fokus pada tujuan efisiensi dan evolusi secara perlahan dari keadaan sebelumnya dengan memperkuat, menyempurnakan atau mengambil keuntungan dari rutinitas dan aset memori perusahaan saat ini (Crossan, Lane, & White, 1999).
3. Repositori pembelajaran organisasi
Kepemimpinan transformasional cenderung menumbuhkan budaya organisasi yang terbuka, struktur organik, sistem dan prosedur yang fleksibel serta mempromosikan keinginan individu dalam menerima tantangan dan peluang baru, sebaliknya pemimpin transaksional cenderung lebih tertutup, struktur mekanik, sistem dan prosedur yang kaku serta menekankan efisiensi dengan memberikan insentif bagi individu untuk mencapai proses pembelajaran (Vera & Crossan, 2004).
Kombinasi Kepemimpinan
Dari ketiga unsur praktik kepemimpinan di atas dapat dimengerti bahwa perilaku kepemimpinan transformasional cenderung lebih kuat dalam mengakselerasi pembelajaran organisasi, sedangkan kepemimpinan transaksional lebih kepada penguatan kelembagaan dan penguat atau pendukung pembelajaran organisasi. Dalam pembelajaran eksplorasi (feed-forward) yang dilakukan oleh top manager memiliki implikasi terhadap pembelajaran eksploitasi (feed-back) melalui hubungan dua arah sehingga menghasilkan individu dan kelompok yang saling belajar.
Perpaduan enam komponen kepemimpinan strategis mendorong percepatan pembelajaran organisasi apabila manajer teratas menerapkan kolaborasi praktik kepemimpinan transformasional dengan transaksional dalam proses pembelajarannya sehingga organisasi mampu bersaing dan memiliki daya tahan ekstra dalam menghadapi tantangan dalam persaingan global.
Referensi:
Crossan, M. M., Lane, H. W., & White, R. E. (1999). An Organizational Learning Framework: From Intution to Institution . Academy Of Management Review , 532.
Ireland, R. D., & Hitt, M. A. (1999). Achieving and maintaining strategic competitiveness in the 21st century: The role of strategic leadership. Academy Of Management Executive , 43-54.
Vera, D., & Crossan, M. (2004). Strategic Leadership and Organizational Learning. Academy of Management Review , 222-236.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H