Masa kanak-kanak adalah saat hidup kita tanpa beban, gak perlu mikirin segudang persoalan seperti orang dewasa. Apa sih yang perlu dipikirkan? Masa kecil dunianya bermain, canda tawa dan membuat kegaduhan, eit... gaduh yang masih wajar untuk usia anak-anak ya. Masih membekas kerinduan yang teramat dalam disaat menjalankan puasa pada masa kanak-kanak.Â
Apasih kerinduan itu? Sahabat Kompasiana juga ingin tahu seperti apa kerinduan penulis?Â
Saya akan ceritakan pengalaman saya pada saat kecil selama bulan ramadhan. Bisa dibilang saya adalah anak yang mudah bergaul, saya tidak suka membedakan teman yang harus saya ajak bermain. Yang penting seru ok sajalah.
"Bunda puasa berapa hari lagi" Tanyaku.Â
"Tiga hari lagi sayang, kamu siap untuk berpuasa?" Bunda bertanya kepadaku.Â
"Pastinya dong bunda"Â Saya jawab dengan penuh kepastian, karena memang saya tidak ada masalah dengan berpuasa, menahan lapar dan dahaga. Karena hal ini sudah biasa bagi saya. Saya menanyakan itu karena ada hal yang harus saya persiapkan untuk mengisi bulan ramadhan, nah apakah kegiatan itu? Ya setiap bulan Ramadhan tiba biasanya saya dan teman-teman selalu keliling kampung untuk membangunkan warga untuk makan sahur dengan musik dan nyanyian yang dimana respon warga sangat positif. Karena pada saat itu belum banyak yang memiliki jam alarm, HP canggih dan pengeras suara di masjid terkadang suaranya tidak mampu menjangkau semua rumah warga. Apalagi yang rumahnya jauh dari mushalla atau masjid.Â
Sore itu saya putuskan untuk mencari teman-teman.Â
"Hai Tomi, lagi ngapain?"Â Sambil menepuk pundak Tomi yang sedang duduk melamun.
"Eh... kamu Rif, ngagetin saja" Karena terlihat dia sempat terkejut karena tidak menyadari kedanganku.Â
"Maaf ya Tom, jika buat kamu kaget" Sembari mengulang pertanyaan saya.Â
"Lihat anak-anak gak?"