"Mungkin hanya untuk sekedar istirahat karena sudah berhari-hari di tengah laut atau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan selama perjalan di laut" Jawabku sendiri atas pertanyaan ku sendiri.
Ya bisa saja, karena kebetulan tidak jauh dari pelabuhan banyak terdapat supermarket dan pasar tradisional yang besar sehingga menyediakan berbagai macam kebutuhan pokok sehari-hari.
Setelah kemunculan matahari terbit, tidak lupa pada saat detik-detik kemunculannya sudah saya persiapkan kamera untuk merekam momen penting tersebut. Karena kemunculannya akan memberikan kesan yang sangat luar biasa dimana pantulan cahaya yang dihasilkan di atas permukaan laut ini terlihat sangat luar biasa indahnya. Hal inilah yang menjadi rindu setiap menikmat sunrise. Langit biru dengan matahari yang bersinar cantik, yang dapat dilihat secara langsung karena tidak akan menyilaukan mata.
"Subhanallah, sangat indah ciptaan Allah yang bernama sunrise" Bisikku dalam hati.
Setelah beberapa waktu momen sunrise mulai menghilang, kopi, gorenganpun ikut habis dan ternyata tanpa sadar saya sudah menghabiskan beberapa batang rokok. Kemudian saya beranjak meninggalkan tempat di mana saya duduk menikmati sunrise. Lalu saya mencari ibu murni untuk membayar kopi dan gorengannya. Ternyata tidak sulit menemukannya, dia tidak terlalu jauh sedang melayani pembeli. Ya, hanya beberapa langkah dari tempat saya duduk sebelumnya.
"Berapa bu" Tanyaku.
"Delapan ribu saja mas" Kemudian saya sodorkan uang kertas 50 ribuan. Setelah diberi kembalian, lalu ibu Murni tidak lupa mengucapkan.
"Terima kasih mas"
"Sama-sama Bu" Jawabku sambil meninggalkan ibu Murni yang sedang sibuk melayani pembeli.
Kemudian mata saya tertuju pada sebuah kapal feri yang bertuliskan KMP Papua. Lalu saya hampiri kapal tersebut. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh salah satu ABK yang menegur saya.
"Cari apa mas?" Tanya beliau sopan.