Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sunrise

26 Maret 2023   01:05 Diperbarui: 26 Maret 2023   01:58 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mungkin hanya untuk sekedar istirahat karena sudah berhari-hari di tengah laut atau hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan selama perjalan di laut" Jawabku sendiri atas pertanyaan ku sendiri.

Ya bisa saja, karena kebetulan tidak jauh dari pelabuhan banyak terdapat supermarket dan pasar tradisional yang besar sehingga menyediakan berbagai macam kebutuhan pokok sehari-hari.

Setelah kemunculan matahari terbit, tidak lupa pada saat detik-detik kemunculannya sudah saya persiapkan kamera untuk merekam momen penting tersebut. Karena kemunculannya akan memberikan kesan yang sangat luar biasa dimana pantulan cahaya yang dihasilkan di atas permukaan laut ini terlihat sangat luar biasa indahnya. Hal inilah yang menjadi rindu setiap menikmat sunrise. Langit biru dengan matahari yang bersinar cantik, yang dapat dilihat secara langsung karena tidak akan menyilaukan mata.

"Subhanallah, sangat indah ciptaan Allah yang bernama sunrise" Bisikku dalam hati.

Setelah beberapa waktu momen sunrise mulai menghilang, kopi, gorenganpun ikut habis dan ternyata tanpa sadar saya sudah menghabiskan beberapa batang rokok. Kemudian saya beranjak meninggalkan tempat di mana saya duduk menikmati sunrise. Lalu saya mencari ibu murni untuk membayar kopi dan gorengannya. Ternyata tidak sulit menemukannya, dia tidak terlalu jauh sedang melayani pembeli. Ya, hanya beberapa langkah dari tempat saya duduk sebelumnya.

"Berapa bu" Tanyaku.

"Delapan ribu saja mas" Kemudian saya sodorkan uang kertas 50 ribuan. Setelah diberi kembalian, lalu ibu Murni tidak lupa mengucapkan.

"Terima kasih mas"

"Sama-sama Bu" Jawabku sambil meninggalkan ibu Murni yang sedang sibuk melayani pembeli.

Kemudian mata saya tertuju pada sebuah kapal feri yang bertuliskan KMP Papua. Lalu saya hampiri kapal tersebut. Tiba-tiba saya dikejutkan oleh salah satu ABK yang menegur saya.

"Cari apa mas?" Tanya beliau sopan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun