Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hati-hati Kadang Tidak Disadari, Orangtua Sendiri Sering Menjadi Penghambat Anak untuk Sukses

11 Desember 2022   01:27 Diperbarui: 11 Desember 2022   06:56 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo para pejuang

Setiap orang pasti punya mimpi untuk sukses, namun tidak semua bisa meraihnya, kebanyakan orang beranggapan kesuksesan hanya milik orang kaya, mungkin itu ada benarnya karena materi yang mereka miliki akan memudahkan mereka untuk sukses kembali. Eiit, tapi itu tidak sepenuhnya benar lo. Memang kemiskinan merupakan salah satu faktor penghambat seseorang untuk melakukan mobilitas sosial atau merubah nasibnya ke arah yang lebih baik, hal ini akan berlaku jika orang yang berada pada kelas bawah atau miskin memiliki sikap pesimis tidak bisa sukses dan naik kelas.

Anggapan hanya orang kaya yang boleh sukses sedangkan orang miskin tidak berhak untuk sukses itu hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki pikiran sempit, jika anda adalah orang yang berwawasan luas pasti tidak setuju dengan hal itu bukan? karena mau jadi miskin atau kaya itu adalah pilihan setiap orang, jika orang kaya yang menganggap hanya golongan mereka yang bisa sukses berarti orang tersebut adalah orang yang tidak pernah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam kemiskinan, jadi bukan berarti dia harus miskin dulu baru bisa sudut pandangnya ya, sedangkan jika dia adalah orang miskin maka dia perlu banyak membaca dan bergaul dengan orang sukses. karena jika mereka mau mencari tahu latar belakang orang yang sukses itu kebanyakan berasal dari orang yang tidak mampu pada awalnya.

Lalu bagaimana cara merubah status sosial dari kelas bawah menjadi kelas atas, lalu apa faktor penghalang terbesarnya? 

Nah, ini adalah pertanyaan yang menarik, jika kembali kepada konsep dasar manusia itu sendiri, manusia adalah mahluk sosial dan dinamis, yang selalu membutuhkan orang lain dan senang terhadap perubahan maka, sudah barang tentu dia akan terus berusaha mencari tahu bagaimana cara dia untuk bisa melakukan perubahan, hal ini bisa dilakukan dengan bertanya kepada orang lain yang sudah sukses misalnya, bisa juga dengan membaca biografi orang sukses, atau jika dia sedang mengenyam pendidikan bisa diskusi dengan rekan sejawat, guru atau dosen.

Dengan konsep manusia sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi maka, secara otomatis seseorang akan mendapatkan wawasan atau ilmu, sedangkan konsep manusia sebagai mahluk yang dinamis yang selalu mengalami perubahan maka, seseorang pasti akan melakukan perubahan, tentunya perubahan yang diharapkan adalah perubahan yang baik dong.

Sebagai manusia, tentu kita sering penasaran dan mencari tahu tentang sesutu yang baru dan konsekuensinya mau tidak mau kita pun akan mempelajarinya. Dalam kehidupan sehari-hari kita berinteraksi atau berhubungan sosial, baik itu media sosial atau kehidupan nyata, manusia pada dasarnya lebih senang mempelajari hal buruk ketimbang mempelajari hal baik. hal ini dibuktikan rumus piramida, di mana orang yang menduduki kelas atas jauh lebih sedikit dengan orang yang menduduki kelas menengah dan kelompok kelas bawah sangat mendominasi, kondisi ini terjadi hampir di setiap lapisan masyarakat baik masyarakat yang berada di pedesaan dan perkotaan.

Sebagai contoh di dalam kelas yang berisi siswa sebanyak 30 orang, rata-rata siswanya jika diberikan tugas maka yang mengerjakan tugasnya tepat waktu hanya segelintir siswa bisa dihitung dengan jari. diantara siswa yang berjumlah 30 orang yang mau bekerja dengan maksimal dalam satu kelas paling banyak 3 atau 5 murid, sedangkan yang lain tidak memiliki minat untuk mengerjakannya atau paling jika diwajibkan untuk menyelesaikannya maka, mereka hanya mengerjakan tugas seadanya sebagai bentuk untuk menggugurkan kewajiban mereka saja.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Dari hasil pengamatan penulis, hal ini bisa terjadi karena banyak faktor antara lain yaitu sebagai berikut:

1. Anak akan lebih suka untuk bermain game

2. Menonton TV, viedo hiburan seperti di Youtube dan Tik Tok

3. Nongkrong di Pinggir jalan atau tempat-tempat tertentu

4. Tawuran dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.

Dari kesemua hal tersebut bisa terjadi karena ketidakberhasilan orang tua dalam memberi contoh dan mendidik anaknya. pada dasarnya anak akan melakukan apa yang dilihat dan diarahkan oleh orang dewasa, dalam hal ini bisa saja orang tua, lingkungan tempat tinggal, teman bermain dan sekolah. Oleh sebab itu sebagai orang tua jadilah orang tua yang baik, yang memberikan contoh tauladan yang positif dan selalu mendukung setiap harapan dan cita-cita dari anaknya, namun kenyataanya merekalah yang justeru menghambat cita-cita anak mereka dengan alasan yang tidak masuk akal, sebagai contoh yang sering terjadi, kamu sekolah cukup SMA saja tidak perlu melanjutkan ke Perguruan Tinggi, hal ini sangat sering terjadi, dimana orang tua mengatakan kepada anak mereka, kamu mau jadi apa? Orang pintar sudah banyak, Camat, Bupati, Gubernur dan Presiden sudah ada. Jadi tidak perlu sekolah tinggi-tingi kamu ikut Bapak saja kerja di sawah atau pekerjaan lainnya yang tidak ada jaminan masa depan yang lebih baik. sehingga anak akan tidak memiliki harapan dan enggan bercita-cita.

Sebenarnya, jika anak mau kuliah walupun dalam kondisi kekurangan pemerintah sudah memberikan kesempatan kepada warga miskin melalui beasiswa KIP kuliah dan bantuan lainya. Sehingga warga miskin tidak perlu khawatir untuk melanjutkan kuliah karena merasa orang miskin, karena mereka tidak akan mengeluarkan biaya justeru mereka akan mendapat santunan sampai mereka menyelsaikan studinya.

Sukses juga tidak perlu kuliah karena banyak orang yang tidak kuliah bisa menjadi sukses, namun hal ini bukan menjadi pembenaran untuk kita tidak melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, maksud penulis di sini adalah sesorang juga bisa sukses tanpa gelar, asal seseorang itu memiliki keterampilan yang dikembangkan sehingga menjadi profesional, hal ini bisa dibantu untuk ditonjolkan oleh orang tua dan semua pihak, agar anak bisa mengeluarkan bakat yang ada pada dirinya, artinya anak diberikan ruang untuk mengembangkan bakatnya, sehingga dengan demikian anak akan terbiasa dan memiliki fokus dalam pengembangan diri ke depannya.

Bakat yang ada pada anak tersebut itu biasa lebih dari satu dan biarkan anak itu sendiri yang memilih mana yang paling diminati untuk dilanjutkan dan diasah, jika orang tua memberikan kebebasan dan ruang kepada anak untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya, maka tidak ada waktu untuk mempelajari hal negatif. Bakat atau keterampilan yang dimiliki seseorang itu beragam seperti, memasak, olahraga, bernyanyi, model, disainer, seniman, bisnis dan masih banyak bakat yang lainnya.

Jadi, yang menjadi faktor penghambat terbesar seorang anak tidak bisa sukses adalah tradisi tidak baik yang berkembang di masyarakat kemudian diterapkan oleh orang tua sehingga mengorbankan anak dan generasi berikutnya. Mulai sekarang wariskan budaya baik dan hilangkan budaya yang merugikan generasi. Perubahan pasti terjadi dan tidak bisa dielakkan maka, jadilah orang tua yang cerdas dan berwawasan global. Karena dari orang tua yang cerdas akan menghasilkan generasi yang cerdas pula.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun