Mohon tunggu...
Makmur Dimila
Makmur Dimila Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Seorang travel enthusiast dan berbagi cerita perjalanan pribadi di travel blog http://www.safariku.com/ Ia juga menjadi kontributor untuk beberapa media cetak dan online, lokal maupun nasional. Menulis soal perjalanan, pariwisata, sosial, pendidikan, dan gaya hidup.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pentingnya Akun LinkedIn

10 September 2015   21:10 Diperbarui: 10 September 2015   21:15 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

The Digital Age mungkin tak pernah dibayangkan orang tua kita sebelumnya. Tapi sekarang tampaknya mereka harus rela melihat anak-anaknya berkarya sesuai perkembangan jaman. 

Kedokteran, Pertukangan, Informasi Teknologi (IT), dan Sopir. Adalah empat profesi yang wajib dimiliki seseorang agar aman menghadapi masa depan. Di mana pun dia berada. Begitu pesan orang tua yang saya dengar waktu kecil. Dunia digital tentu akan menyerap tenaga kerja dengan keahlian IT.

[caption caption=""Bagaimana jika Anda dipotret kamera?" Itulah pesan tersirat dair poster di salah satu gedung Kampus Swanbourne University of Technology, Melbourne. FOTO: Safariku.com"][/caption]

Kini, melamar kerja pun cukup dengan buka laptop, koneksi internet, dan buka akun media sosial (medsos). Ada banyak platform yang menjadi lapak informasi peluang kerja dan mengasah karier. Tapi satu yang paling populer di dunia ialah LinkedIn.

Saya sudah punya akun medsos ini semenjak dua tahun lalu. Tapi baru menyadari pentingnya memiliki dan memelihara akun ini pada Mei 2015, saat saya berada di Melbourne, Australia.

Apa Kelebihannya?

1. Sebagai CV Online

"Selalu update profilmu di LinkedIn," ujar Dolores Cummins, Strategic Advisor dari C3 Leadership, Australia.

Dia menjadi instruktur untuk Leadership Training bagi saya dan kawan-kawan peserta kursus Asia Pacific Journalism Centre di Melbourne.

Menurutnya, di antara beragam medsos yang tumbuh sekarang, LinkedIn sangat cocok bagi profesional. Terutama bagi seseorang yang meniti kariernya. Maka akun ini dapat menjadi jembatan baginya dalam menghadapi siklus dunia kerja. Misal untuk mendapat pekerjaan baru.

LinkedIn secara internasional sudah dijadikan sebagai Daftar Riwayat Hidup (CV) digital. Seorang pekerja tak perlu lagi mengantar cetakan berkas CV ke perusahaan atau kantor yang dia ajukan lamaran kerja.

Pada saat bersamaan, perusahaan pun menerapkan sistem yang sejalan. Membuka pintu bagi calon pekerja baru hanya melalui platform digital.

Dengan begitu, seseorang cuma perlu mencantumkan URL akun LinkedIn-nya ketika "apply" atau mengunggah soft copy CV jika diminta. 

Karena itu, ia sarankan kami untuk selalu memperbarui biodata LinkedIn sesuai dengan fakta yang sedang berubah dalam kehidupan profesional kami.

Benar memang, sepulang dari sana, saya selalu mengupdate informasi di akun ini. Di saat bersamaan saya amati, beberapa perusahaan Indonesia maupun asing yang berkantor di Indonesia, menerapkan sistem CV online untuk mendapatkan calon pekerja baru.

[caption caption="Bikin segera akun LinkedIn, atau, ketinggalan jaman? FOTO: business2community.com"]

[/caption]

2. Personal Branding

"Hampir semua profesional di Australia mencantumkan alamat akun LinkedIn-nya di Business Card (kartu nama). Sehingga seseroang yang menerima kartu nama sewaktu-waktu dapat melihat profil pemiliknya jika diperlukan," kata Dolores.

Saya tertegun. Jangankan mencantumkan alamat akun LinkedIn, membawa kartu nama saja tidak. Betapa kampungannya saya. Di Aussie kata dia, bertukar Business Card sangat berharga.

Berkembang budaya kerja di sana, setiap orang yang menerima kartu nama dari orang yang dijumpainya, ia lebih dulu luangkan waktu untuk memerhatikan informasi di kartu nama tersebut; bila perlu memujinya, baru masukkan ke saku.

Mencantumkan akun LinkedIn di kartu nama salah satu upaya personal branding, sebut Dolores, di samping mengupdate profilnya di medsos tersebut.

Jelas berbeda sekali dengan di negara berkembang seperti Indonesia, kartu nama sekedar pajangan, sebagian yang menghargainya.

3. Sharing Platform 

LinkedIn juga menjadi media berbagi informasi. Para pegiat e-commerce atau digital media specialist dan sejenisnya, medsos berikon "in" ini sangat efektif untuk meningkatkan traffick blog, sumber suatu link yang dibagikannya. Blogger maupun pekerja media online pun, seharusnya memanfaatkan betul timeline LinkedIn.

Saya sendiri sering membagikan link postingan blog terbaru saya ke kolom update status LinkedIn. Hal yang sama juga dilakukan oleh para pekerja media online Indonesia lainnya.

Aktivitas ini turut berkontribusi mempercantik CV kita di LinkedIn, jika sewaktu-waktu ada perusahaan yang melirik. Pun, menjadi alat ukur bagi teman LinkedIn kita untuk mengendors skill yang kita miliki. Begitu juga sebaliknya. 

Bagaimana? Masih menganggap Facebook lebih penting? :D

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun