Mohon tunggu...
makmud moneko
makmud moneko Mohon Tunggu... -

menyuarakan suara hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lelaki Tua yang Selalu Memandangi Kubangan Lumpur Lapindo

20 September 2010   13:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutemukan lelaki tua berwajah kuyu tercenung berdiri mematung menatap jauh hamparan luas lumpur lapindo.   Dapat kurasakan betapa getir pandangan yang tercermin pada dua bola matanya.
Kutahu, mata tua itu telah banyak menumpahkan air mata dan tangis.  Hatiku terasa perih seakan dihunjam jarum.  Adakah yang lebih pahit dari hidup terlunta2 kehilangan tempat tinggal, harta dan penghasilan?

Angin bertiup menerbangkan debu,namun lelaki tua itu tak bergeming seperti tonggak yang rapuh. Disana, pada kubangan lumpur Lapindo,pernah terdapat sebuah rumah asri yang didiami sebuah keluarga bahagia. Hari demi hari mereka lalui dengan canda tawa bahagia dan penghasilan berkecukupan. Kehidupan esok serasa begitu cerah menyongsong anak cucu mereka.  Namun semua hanya sepenggal kenangan indah yang tersisa diantara deraan kepahitan hidup terlunta-lunta. Akhirnya lelaki tua itu terisak. Pipinya berlinang air mata. Ingin rasanya kurengkuh dalam sebuah dekapan hangat rasa kekeluargaan yang erat.

Tapi aku hanya bisa berandai2, seandainya aku jadi Aburizal Bakri, tentu tak akan kubiarkan mereka menderita terlunta2. Apalah artinya  hartaku yang melimpah jika ada sekelompok manusia menderita sengsara oleh ulah perusahaanku?  Akan kutunjukkan pada masyarakat bahwa Aburizal Bakri adalah seorang pemimpim yang bijaksana dan penuh tanggung jawab dengan mengganti rugi semua yang sudah disepakati bersama.

Mendadak di Angkasa terdengar suara gemuruh pesawat terbang yang menerbangkan para anggota Dewan terhormat studi banding ke luar negri, seakan tak peduli seruan minta tolong dan tangis derita
keluarga korban lumpur lapindo.  oh!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun