Di masa depan, AI tidak hanya akan mampu membantu Anda menulis PPT dan laporan mingguan, tetapi juga akan mampu menciptakan obat-obatan untuk menyelamatkan nyawa, memprediksi bencana, dan bahkan membuat kita "abadi".
Apa yang dapat Tiongkok pelajari dari Google?
Sebagai pelopor dalam bidang AI global, tata letak strategis dan kearifan organisasi Google memberi para pengusaha Tiongkok wawasan referensi yang berharga.
Dari strategi ke organisasi: evolusi dari "organisasi mekanis" ke "organisasi tangkas yang dinamis"
Google telah mengintegrasikan tim-tim yang tersebar seperti DeepMind dan Google Brain menjadi "AI Army" yang bersatu untuk mendobrak batasan-batasan departemen. Ini bukan penggabungan departemen biasa, tetapi seperti menyusun kepingan Lego yang berserakan menjadi seorang prajurit mecha.
Di era AI, banyak perusahaan Tiongkok dapat mendirikan "tim tangkas strategis" untuk dengan cepat membentuk tim lintas fungsi untuk menargetkan tren AI baru (seperti multimoda dan agen), dan meminta karyawan kembali ke departemen asal mereka setelah proyek selesai.
Manajemen bisnis: menyeimbangkan "jangka panjang" dan "iterasi blitzkrieg"
Orang mengatakan Google adalah seorang idealis teknologi, tetapi mereka lebih kejam daripada siapa pun dalam hal "blitzkrieg": mereka telah menghabiskan uang untuk komputasi kuantum selama sepuluh tahun tanpa ampun, dan model besar Gemini juga dapat diperbarui setiap minggu.
Di Google, ada konsep CEO masa damai versus CEO masa perang, dan pemimpin masa damai perlu mendorong kreativitas dan kontribusi yang luas terhadap berbagai kemungkinan. Sebaliknya, perusahaan yang dalam keadaan siap berarti sudah berada dalam keadaan bertahan hidup, sehingga harus mencapai tujuannya dengan cara apa pun.
Seorang CEO di masa damai tahu bahwa ia dapat menang dengan menjalankan strateginya secara tepat; seorang CEO di masa perang perlu mengubah strateginya secara tidak terduga. Seorang CEO di masa damai akan melihat situasi secara keseluruhan dan dapat dengan tepat memberikan izin kepada karyawan untuk menyempurnakan pelaksanaan tertentu; seorang CEO dalam kondisi siap perang sama sekali tidak bersedia untuk mengekspos dirinya terhadap kemungkinan risiko apa pun.
Pembentukan Budaya Baru: Jadilah pragmatis dan idealis, serta ciptakan budaya inovatif yang menoleransi kegagalan.