Efektivitas biaya juga menjadi fokus utama pendekatan Astro Mechanica. Mesin CFM LEAP-1B yang digunakan di Boeing 737 MAX harganya sekitar US$14 juta per mesin.
Astro Mechanica mengklaim mesin adaptif turboelektriknya akan jauh lebih murah, sudah berkemampuan supersonik, memiliki lebih sedikit komponen yang bergerak, dan dimungkinkan lebih murah untuk dirawat.
Selain itu, mesin tersebut dirancang untuk beroperasi dengan gas alam cair (LNG), yang harganya 1/10 dari harga bahan bakar jet tradisional, menawarkan lebih banyak energi per satuan berat, dan menghasilkan 30% lebih sedikit CO2 saat dibakar.
Mesin tersebut juga dapat beroperasi dengan metana sintetis, kata Brooke, sehingga dapat disesuaikan dengan bahan bakar potensial di masa mendatang. Metana sintetis dapat dibuat sebagai bahan bakar berkelanjutan dengan CO2 dan hidrogen dalam suatu proses yang disebut metanasi.
Dalam waktu dekat, Brooke bermaksud membangun rangka pesawat eksperimental yang ditenagai empat mesin jet adaptif turboelektrik Astro Mechanica dan dua mesin GE CT7, serta terbang non-stop dengan kecepatan supersonik dari San Francisco ke Tokyo, sambil mengumpulkan data, untuk benar-benar meningkatkan posisi perusahaan dalam bidang teknik kedirgantaraan.
Sumber: Media Luar Negeri
https://twitter.com/i/status/1799237389174636841
https://newatlas.com/aircraft/astro-mechanica-turboelectric-adaptive-engine-supersonic/