Walaupun Taiwan berada di peringkat kedua, pulau itu memproduksi jenis chip canggih yang dibutuhkan untuk mendukung AI generatif dan komputasi tingkat tinggi.
Sebaliknya, RRT (Tiongkok daratan) mendominasi produksi chip yang lebih kecil dan kelas bawah yang dibutuhkan untuk aplikasi sehari-hari seperti telepon pintar dan mobil.
Pabrik-pabrik baru, yang dikenal dalam dunia perdagangan sebagai "fabs", sedang dibangun di seluruh dunia maju karena pemerintahnya menggelontorkan uang tunai dalam upaya untuk menopang keamanan pasokan.
Sebut saja ini sebagai polis asuransi terhadap latar belakang politik global yang bergejolak, tetapi pembuat chip kontrak terbesar Taiwan, Taiwan Semiconductor Manufacturing Company  (TSMC) --- yang kebetulan juga merupakan yang terbesar di dunia --- baru-baru ini mengambil keuntungan dari uang yang dihamburkan oleh pemerintah Barat.
Perusahaan TSMC sedang membangun tiga pabrik baru di Arizona, AS, yang sebagian didanai oleh suntikan dana tunai senilai $US6,6 miliar dari pemerintahan Biden, pabrik baru senilai $US10 miliar di Dresden, Jerman, dan dua pabrik di Jepang.
Pandemi Menciptakan Krisis Chip Silikon.
Penguncian/lock down yang berlarut-larut di Tiongkok memperlambat dan, dalam beberapa kasus, menghentikan produksi, yang pada gilirannya menyebabkan kekurangan global untuk berbagai macam barang manufaktur.
Itu merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap timbulnya lonjakan inflasi yang terjadi saat dunia keluar dari hibernasi.
Contoh yang jelas adalah mobil. Semua mobil, baik bermesin pembakaran atau listrik (EV), dijalankan oleh komputer. Produsen mobil Amerika, khususnya, tidak dapat menyediakan chip yang sangat murah yang dibutuhkan untuk memberi daya pada Car Access Network.